Lebih dari 90 Persen Kasus Cacar Monyet Populasi Homoseksual dan Biseksual
- VIVA/ Endri Widada
VIVA Lifestyle – Infeksi virus Mpox atau dikenal sebagai cacar monyet saat ini sedang menjadi perhatian di banyak belahan dunia, termasuk Asia Tenggara (SEA). Bukan tanpa sebab, penyakit ini diduga ditularkan melalui jalur baru yang sedikit berbeda dari jenis cacar lainnya, yaitu melalui hubungan seksual.
Penyakit yang mirip dengan cacar ini disebabkan oleh virus yang ditularkan dari hewan ke manusia dan dapat menimbulkan gejala ringan hingga berat. Mpox atau sebelumnya Monkeypox sendiri dapat menular dari manusia ke manusia dan tidak hanya dari hewan ke manusia. Scroll untuk informasi selengkapnya.
Cepatnya penyebaran Mpox secara global dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Pertama, tingginya jumlah orang yang bepergian. Kedua, perdagangan internasional hewan seperti monyet. Ketiga, munculnya jalur penularan baru dari manusia ke manusia, khususnya melalui hubungan seksual Lelaki Seks Lelaki (LSL).
"Lebih dari 90 persen kasus MPox di dunia dilaporkan pada populasi khusus yaitu homoseksual dan biseksual," ujar Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), DR Dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT, dalam keterangan persnya, dikutip Senin 30 Oktober 2023.
Penularan tinggi Mpox juga disebabkan karena munculnya gejala yang tidak biasa dan masih minimnya ketersediaan vaksin MPox di negara-negara berisiko tinggi. Menurut Adib, PB IDI Satgas MPox akan terus mengawal perkembangan kasus Mpox ini di Indonesia. Pihaknya akan terus bersinergi dengan pemerintah untuk memberikan penanganan terbaik bagi para pasien dan masyarakat.
"Diperlukan upaya berkelanjutan dan kerja sama dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, organisasi layanan kesehatan, dan organisasi internasional agar dapat mengatasi masalah Mpox di Asia Tenggara ini secara efektif," tambah Adib.
Laporan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan penyakit Cacar Monyet atau MPox ini sebagai darurat kesehatan masyarakat global pada Juli 2022. Laporan WHO juga menyebutkan ada kekhawatiran bahwa masalah MPox ini agak terabaikan di wilayah Asia Tenggara karena kurangnya akses terhadap fasilitas medis yang memadai.
"Juga perlu dilakukan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap penyakit ini, peningkatan akses terhadap pengobatan yang efektif, peningkatan pendanaan untuk penelitian dan upaya pengendalian, serta pembentukan respons terkoordinasi yang melibatkan partisipasi semua negara terutama di Asia Tenggara," imbuh Adib.
Sebelumnya, Kasus konfirmasi cacar monyet atau Monkeypox di Indonesia bertambah. Berdasarkan data harian yang diterima per tanggal 22 Oktober 2023, kasus konfirmasi dilaporkan bertambah menjadi 7 kasus sejak pertama kali dilaporkan pada 13 Oktober 2023, atau 8 kasus sejak pertama kali terkonfirmasi di pertengahan 2022.
“Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, hingga kini kita dapatkan 7 kasus konfirmasi Monkeypox di Indonesia di tahun ini. Seluruh kasus konfirmasi ditemukan di wilayah DKI Jakarta,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu.
Maxi mengatakan dari total kasus Monkeypox yang terkonfirmasi berasal dari Jakarta. Rinciannya 1 kasus dari Jatinegara, Mampang 1 kasus, Kebayoran Lama 1 kasus, Setiabudi 2 kasus, Grogol Petamburan 1 kasus, dan Kembangan 1 kasus.
Data yang sama menunjukkan bahwa, seluruh pasien terkonfirmasi Monkeypox adalah laki-laki usia produktif. Mayoritas atau sekitar 71 persen adalah laki-laki berusia 25-29 tahun, sementara 29 persen di antaranya adalah laki-laki berusia 30-39 tahun. Dari hasil penelusuran diketahui 6 pasien Monkeypox juga merupakan Orang Dengan HIV (ODHIV), dan memiliki orientasi biseksual.