Dry Humping, Aktivitas Seks Tanpa Sentuhan Kulit Bisa Bikin Hamil?
- Pexels/Pixabay
VIVA Lifestyle – Dry humping atau seks kering merupakan salah satu bentuk aktivitas seksual yang dapat dilakukan tanpa melakukan sentuhan kulit secara langsung dengan pasangan. Aktivitas seksual ini melibatkan dua orang yang saling menggesekkan tubuh untuk mendapatkan kenikmatan seksual. Dry humping tidak melibatkan segala bentuk penetrasi, kontak kulit ke kulit, atau cairan tubuh apa pun. Namun, jika dilakukan dengan cara yang benar, dry humping bisa sama nikmatnya dengan seks, atau bahkan lebih.
Gesekan antara alat kelamin dengan tubuh pasangan bisa menimbulkan rangsangan hingga mencapai orgasme. Faktanya, ini bisa menjadi teknik foreplay yang bagus. Jadi, sebaiknya sediakan kondom atau alat kontrasepsi lainnya jika ingin melanjutkan ke hubungan intim.
"Gesekan alat kelamin dengan tubuh atau alat kelamin pasangan bisa menyebabkan rangsangan seksual dan dapat menyebabkan orgasme. Itu tidak melibatkan kontak atau penetrasi kulit langsung, menjadikannya suatu bentuk aktivitas seksual," ujar Niyatii N Shah, pendidik dan konselor seksualitas, melansir Health Shots.
Tidak ada cara yang benar atau salah untuk melakukan dry humping. Beberapa pasangan mungkin suka melakukannya sambil berdiri, yang lain mungkin suka sambil berbaring miring atau bertumpuk. Pasangan tertentu mungkin lebih nyaman mengenakan pakaian lengkap, dan beberapa mungkin lebih suka mengenakan pakaian dalam yang berfungsi sebagai pelindung terhadap seks penetrasi. Selama hal itu menimbulkan gesekan dan sensasi di tempat yang tepat, maka boleh dilakukan.
Karena dry humping bukan tentang seks penetrasi, muncul pertanyaan apakah aktivitas seksual yang satu ini tetap berisiko menyebabkan kehamilan atau menularkan penyakit kelamin? Jawabannya mungkin saja.
Meski risikonya lebih rendah dibandingkan berhubungan seks secara langsung, namun risiko penularan Infeksi Menular Seksual (IMS) atau bahkan kehamilan masih minim jika terjadi kontak langsung pada alat kelamin atau cairan tubuh saat melakukan dry humping.
"Risikonya masih kecil jika ejakulasi (pra-ejakulasi atau air mani) bersentuhan dengan area vagina,"kata Niyatii N Shah,
"Mengambil tindakan pencegahan seperti mengenakan pakaian dalam atau menggunakan metode penghalang (seperti kondom) dapat lebih mengurangi risiko ini," tambahnya.
Risiko lainnya yang mungkin didapati setelah melakukan dry humping adalah iritasi kulit. Lecet atau bentuk iritasi kulit lainnya dapat terjadi selama proses dry humping sehingga disarankan untuk sangat berhati-hati dalam memakai pakaian. Selain itu, kedua pasangan harus mendapat pelumasan yang baik untuk mengurangi risiko ini.
"Pertimbangkan untuk menggunakan pelumas berbahan dasar air jika diperlukan, terutama jika timbul kekeringan atau ketidaknyamanan," kata Shah.
Meski bukan hubungan intim secara langsung, namun melakukan dry humping juga tetap membutuhkan persetujuan dari kedua belah pihak. Pasalnya, tidak boleh ada paksaan untuk melakukan hubungan seksual sehingga dibutuhkan persetujuan.
"Saya mengenal pasangan yang salah satunya memanfaatkan pasangannya dengan menekankan bahwa itu bukan hubungan intim. Persetujuan harus selalu bersifat timbal balik, dan tidak seorang pun boleh merasa tertekan untuk melakukan aktivitas seksual apa pun, termasuk dry humping," jelas Shah.