52 Pelajar SMP di Bengkulu Lukai Tangan Sendiri, Apa Alasan Remaja Lakukan Self Harm?

Ilustrasi depresi/stres.
Sumber :
  • Freepik/jcomp

JAKARTA – Istilah self harm mungkin sering kita dengar dalam beberapa waktu terakhir, di lingkungan sekitar, maupun di dunia maya. Self harm adalah suatu perilaku menyakiti diri sendiri yang disengaja. Perilaku tersebut dapat mengakibatkan kerusakan langsung pada jaringan tubuh. Namun, tindakan tersebut bukan dianggap sebagai upaya untuk bunuh diri.

Tragedi Ayah-Nenek Dibunuh di Lebak Bulus: Apa Pemicu Aksi Brutal Remaja Ini?

Bahkan waktu lalu publik digegerkan dengan tindakan 52 pelajar di salah satu Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu. Siswa tersebut secara massal melukai tangan mereka sendiri yang diduga karena pengaruh media sosial.

Ilustrasi stres, pusing, putus asa, depresi

Photo :
  • Pixabay/ geralt
Pengakuan Remaja 14 Tahun Dapat 'Bisikan Gaib' Bunuh Ayah dan Neneknya

Lantas, apa yang membuat anak remaja melakukan self harm? Diungkap Spesialis Kesehatan Jiwa, Dr.dr. Khamelia Malik, Sp.KJ, ketika merujuk pada sejumlah pasien yang ditanganinya, self harm dilakukan lantaran orang tersebut sudah tidak lagi merasakan apapun dalam hidupnya.

“Kalau ditanya tujuan melakukan itu apa macem-macem ada yang bilang saya hidup tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Saya stres banget tidak bisa merasakan apa-apa lagi saya tusuk badan saya, sampai tiba-tiba merasa sesuatu itu melegakan. Karena saya bisa merasakan sesuatu ternyata,” kata dia dalam konferensi pers di Kementerian Kesehatan Jakarta Selatan, Kamis 12 Oktober 2023.

Remaja 14 Tahun Tusuk Ayah dan Neneknya hingga Tewas di Cilandak Ditangkap Polisi

Lebih lanjut diungkap Khamelia bahwa cara untuk mengekspresikan diri itu dialirkan ke nyeri tubuh.

“Jadi semua cara untuk mengekspresikan nyeri hati ke nyeri tubuh. Kita bisa mendefinisikan kenapa si perasaannya kosong enggak ada rasanya. Kalau dia melakukan itu memindahkan nyeri hati ke ngeri tubuh, dan ini tidak bisa dikendalikan karena ini luka,” ujarnya.

Khamelia mengungkap bahwa paling banyak kasus ditemukan pada remaja. Menurutnya, remaja tidak memiliki kemampuan untuk meregulasi emosinya sehingga kasus menyakiti diri sendiri cukup besar di kalangan remaja. 

“Kalau punya anak kecil usia 3 tahun jatuh kemudian, ‘enggak apa-apa enggak apa-apa’, itu sebenarnya dia meregulasi emosinya. Remaja yang self harm tidak memiliki kemampuan meregulasi emosi menenangkan diri karena dia dalam keadaan disable,” ujarnya.

Ilustrasi silet

Photo :
  • Pixabay

Selain itu ada beberapa orang yang sempat mengalami perasaan tidak menyenangkan tentu akan melakukan berbagai reaksi. Seperti ada yang berzikir atau meminum air mineral, namun ini tidak berlaku pada orang yang melakukan tindakan menyakiti diri sendiri. 

“Orang yang self harm ini enggak punya ini. Salah satu cara meregulasi emosi dirinya adalah menyakiti tubuh. Sampai kita mengajari dia cara meregulasi emosi dia yang baik dia tidak akan melakukan cara itu lagi,” ujarnya.

Maka dari itu kata Khamelia, orang yang memilki masalah mengenai hal itu harus ditolong. 

“Itu harus ke psikolog psikiater supaya diajarin lagi, karena rupanya waktu kecil tidak diajari menenangkan diri,” jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya