17 Tahun Menderita Hidrosefalus, Margareta Baru Sekali Diperiksa Dokter

Kakek Konstantinus Min dan Nenek Dorotea Bubur menjaga Margareta
Sumber :
  • Jo Kenaru/Manggarai-NTT

Manggarai- Bertahun-tahun Margareta Sisilia Antis menjalani kehidupan hanya di dalam kamar saja, terbaring lunglai diselimuti kain-kain usang pengganti baju. Terbaring di atas lantai berlapis kasur tipis.

Margareta menderita hidrosefalus sejak dari dalam kandungan hingga usianya kini 17 tahun. Lahir melalui bedah sesar di RSUD Ruteng pada 3 Maret 2006 silam, Margareta juga adalah disabilitas rungu wicara.

Kaki dan tangannya tekuk tak bisa diluruskan lagi sehingga tak bisa dipakaikan baju dan celana. Fisiknya yang memprihatinkan sampai tak bisa mengenalinya sebagai seorang gadis remaja tapi masih terlihat seperti balita.

Sisilia tidak bisa menggerakan kepalanya yang besar. Menderita gizi buruk parah membuat badanya susut tinggal kulit pembalut tulang.

Jam tidur remaja yang secara fisik terlihat masih seperti balita ini sangat singkat karena lebih banyak merintih. Tangis lirih yang terus menerus menandakan ia sedang mengerang rasa sakit selalu disertai panas tinggi. 

Penderitaan Margareta kian menyiksa setelah borok menggerogoti tubuhnya. Luka bernanah yang tak kunjung sembuh penuh di kepala dan punggung bermunculan dari 3 bulan lalu. Luka-lula basah itu penuh sepanjang tulang punggung yang menonjol.

Rumah Margareta di Manggarai, NTT

Photo :
  • Jo Kenaru/Manggarai-NTT

Air mata Margareta sudah cukup menjelaskan kejamnya takdir yang menidurkan dia dalam penderitaan panjang.

Ketahui, hidrosefalus adalah kondisi di mana frekuensi cairan yang mengisi ruang-ruang ventrikel di dalam otak meningkat secara berlebihan.

Hidrosefalus membuat tekanan pada cairan serebrospinal terlalu tinggi dan berakibat pada rusaknya jaringan otak. Hidrosefalus ditandai dengan ukuran kepala yang membesar secara tidak normal pada bayi yang baru lahir.

Diasuh kakek dan nenek setelah orang tua bercerai

Margareta Sisilia Antis terlahir dari orang tua yang memutuskan bercerai saat  Margareta menginjak 2 tahun.

Ibu kandungnya Selviana Simun berpisah dengan suaminya Largus Sambar pada 2008. Tak berselang lama, keduanya masing-masing memilih menikah lagi. Beberapa bulan sebelum perpisahan Selviana dan Largus, Margareta memang sudah diasuh oleh orang tua dari Selviana Simun.

Kakek Konstantinus Min dan Nenek Dorotea Bubur menjaga Margareta

Photo :
  • Jo Kenaru/Manggarai-NTT

Karena Selvina Simun memilih menikah lagi dan mengikuti suami barunya begitu juga Largus tinggal bersama istri barunya membuat Margareta diasuh selamanya oleh kakek dan neneknya.

Orang tua Selvina, Konstantinus Min (63) dan Dorotea Bubur (61) mendaftarkan nama Margareta sebagai anak ke-6 atau bungsu dalam kartu keluarga (KK) kakek Konstantinus Min.

Di kampung Kalo Desa Poco Kecamatan Wae Ri'i Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur (NTT), Konstantinus Min dicatat warga penerima bantuan PKH dari Kemensos RI. Itu satu-satunya bantuan pemerintah yang ia dapatkan.

Dalam kondisi ekonomi yang morat-marit, Konstantinus harus membanting tulang menambah jatah PKH yang diterima sekali dalam tiga bulan termasuk untuk membiayai anak kelima yang masih kuliah. 

Ditemui di rumahnya, Minggu 8 Oktober 2023,  Konstantinus Min berkisah bahwa Margareta memang dinyatakan hidrosefalus sejak dari dalam kandungan sehingga persalinannya melalui operasi caesar. Seiring waktu kepala Margareta terus membesar disertai kelumpuhan. Makin lama kaki dan tangan Margareta menekuk sampai tak bisa diluruskan lagi.

"Memang sejak lahir sudah begini Pak kepalanya terus membesar, panas tinggi terus. Kalau sudah menangis panjang berarti kepalanya mulai sakit. Sampai besar begini cucu yang sudah saya angkat menjadi anak bungsu ini tidak bisa menggerakkan badannya dia sudah lumpuh total. Ini pak luka nanah penuh di kepala dan punggung. Sudah 3 bulan pak tidak sembuh ini luka-luka dan makin banyak," ujar Konstantinus sembari membalikkan badan Margareta agar borok pada kepala dan punggung Margareta bisa terlihat.

Konstantinus juga mengaku tidak maksimal memperhatikan gizi Margareta sejak bayi sehingga cucunya itu mengalami gizi buruk parah. Diakuinya bahwa bidan dari Puskesmas Watu Alo beberapa kali mengunjungi Margareta.

"Memang bidan ada datang. Kasih tau bahwa dia ini gizi buruk dan menyuruh kasih susu, telur dan ikan. Kadang kalau ada uang kami kasih tapi sesekali saja setelah itu kembali ke bubur kosong. Terakhir 2 bulan lalu mereka datang dengan dokter datang periksa boroknya ini. Memang dikasih salep tapi lukanya tidak sembuh-sembuh ," ungkapnya.

IDI Tegaskan Dokter Tak Boleh Jadi Influencer Sampai Promosikan Produk Kesehatan

Hanya sekali diperiksa ke dokter

Kondisi Margareta yang kian lunglai, membuat Dorotea Bubur tidak bisa ke kebun mendampingi Konstantinus karena Nenek Dorotea harus selalu berada di samping Margareta.

KPK Panggil Lagi Sahbirin Noor Usai Status Tersangkanya Dibatalkan Praperadilan

Seingat Konstantinus, hanya sekali mereka memeriksakan Margareta ke dokter yakni di Rumah Sakit St. Rafael Cancar saat Margareta berumur 3 bulan. Itu 17 tahun lalu.

Dokter yang memeriksa Margareta waktu itu (2003) menerangkan bahwa hidrosefalus pada bayi bisa disembuhkan melalui operasi di rumah sakit  di Jawa atau luar negeri. 

Polri Lakukan Kegiatan Pemulihan Trauma ke Anak-anak Korban Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki

Penjelasan dokter itu membuat Konstantinus tercekat dan sejak itu Margareta tidak pernah lagi dibawa ke rumah sakit. 

"Kalau sebut operasi dan dibawa ke Jawa apalagi dokter sebut Australia waktu itu aduh bisa apa kami orang miskin ini. Makanya pasrah saja sudah kami rawat di rumah saja sampai sekarang dia 17 tahun," tutur Konstantinus sambil menghela napas panjang.

Konstantinus dan Dorotea Bubur memasrahkan sepenuhnya penderitaan Margareta Sisilia kepada Tuhan sekaligus memohon semoga keduanya tetap sehat.

Konstantinus tidak lantas menumbangkan asa pada kekecewaan apalagi mengutuk ego ayah dan ibu biologis Margareta yang bercerai sementara Margareta masih membuntuhkan ASI saat itu.

Tak juga dipungkiri, pilu yang merundung cucu pertama yang kemudian diangkat menjadi anak bungsu ini mungkin menjadi lara yang tak berujung.

"Mungkin cobaan yang saya terima ini yang terberat di kampung kami. Hancur hati saya Pak, tubuh Margareta terlipat seperti itu sudah 17 tahun tapi seperti masih anak kecil," keluhnya.

Butuh bantuan

Merawat penderita hidrosefalus yang borok dan lumpuh total bukan hal mudah bagi orang tua usia lanjut seperti Konstantinus dan Dorotea.

Konstantinus dan Dorotea Bubur tentu tidak mau berputus asa tapi tenaga keduanya mulai tak kuat menopang beban penderitaan Margareta.

Keluarga ini butuh bantuan. Kain pengganti popok Margareta kotor dan bau harus diganti dengan popok yang baru. Bubur yang biasanya kosongan perlu ditambah telur. Begitu juga susu, semoga bisa minum tiap hari. Mari kita perbaiki Gizi Margareta supaya berat badanya bisa naik.

Konstantinus dan Dorotea meronta dalam hening kemiskinan. Pasutri renta ini membutuhkan bantuan, utamanya untuk pengobatan luka borok yang menggerogoti tubuh Margareta. 

"Tolong kami pak. Margareta perlu dirawat tapi kami tak punya biaya. Pak wartawan tolong," keluh Konstantinus seraya mengusap air matanya.

Taklif Konstantinus ini semoga menggugah atensi pemerintah dan nurani pihak yang sudi membantu. (Jo Kenaru/NTT)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya