Masyarakat Lebih Pilih Beli Obat Mahal, Pakar: Kandungannya Sama Walau Harga Murah

Ilustrasi obat/vitamin.
Sumber :
  • Freepik

JAKARTA – Tak sedikit masyarakat yang memilih untuk membeli obat dengan harga mahal lantaran dinilai lebih efektif. Padahal, pakar menilai bahwa jaminan efektivitas obat bukan berdasarkan harganya melainkan dari kandungan yang ada di dalamnya.

Ini yang Bikin Honda Scoopy Jadi Spesial Bagi AHM

Ketua Program Studi Profesi Apoteker Universitas Pancasila Jakarta Hesty Utami Ramadaniati mengatakan hal tersebut dalam membandingkan obat generik dan obat paten. Menurutnya, obat generik yang dipasarkan dengan harga murah memiliki kualitas yang sama dengan obat paten walau harganya mahal. Scroll lebih lanjut ya.

"Obat ketika pertama kali muncul disebut obat paten, dan saat patennya habis, semua berubah namanya menjadi obat generik, jadi selama ini kalau anggapan masyarakat obat paten lebih bagus, itu salah, padahal selama ini itu hanya obat generik bermerek," ujar Hesty dalam diskusi media di kawasan Kuningan, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Warisan Terakhir Jokowi ke Prabowo, Ekonomi Indonesia Kuartal III-2024 Tumbuh 4,95 Persen

Hesty menjelaskan, produksi obat dari awal memerlukan sebuah riset dan pengembangan selama 5 tahun. Maka, obat yang ditemukan itu akan dipatenkan suatu produk dan bertahan selama 20 tahun lamanya. Setelah jangka waktu tersebut, maka dapat diproduksi secara massal menjadi obat generik dengan harga lebih murah. Lantas, apa alasan obat paten dihargai lebih mahal?

Harga Suzuki Ertiga dan XL7 Terbaru November 2024

"Obat generik bermerek (paten) itu menjadi mahal karena ada pemasaran dan iklan, kalau obat generik kan pangsa pasarnya lewat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau BPJS Kesehatan, tetapi itu kandungannya sama saja, tidak ada beda kualitas," jelas Hesty.

Menurutnya, kandungan dari obat paten dan generik sama berkhasiatnya bagi masyarakat. Hanya saja, sering kali masyarakat terkecoh dengan pola pikir bahwa obat dengan harga mahal memiliki efektivitas lebih baik.

Ilustrasi obat sirup

Photo :
  • VIVA/ David Rorimpandey

"Ada namanya efek plasebo, jadi orang sebelum minum itu ada efek tambahan di dalam tubuhnya (menganggap obat paten) itu lebih baik, padahal sama saja kandungannya, misalnya, paracetamol, ada merek lain, kandungan zat aktif di dalamnya tetap sama, ya paracetamol," ucapnya.

Hesty pun menyebutkan bahwa masyarakat harus bijak dan jeli saat membeli suatu obat dengan merek tertentu. Bahkan, masyarakat diperbolehkan meminta ganti obat generik apabila dirasa resep dokter dari obat paten terlalu mahal

"Silakan kalau mampu beli yang mahal, tapi isinya sama saja, dan kalau diresepkan dokter mahal, kita bisa meminta obat generik," imbuhnya.

Hesty turut mengimbau agar masyarakat dapat membeli obat di tempat yang resmi dan sudah mendapat izin BPOM. Ia berharap agar pemahaman ini dapat dimengerti masyarakat agar tidak melulul memandang obat mahal adalah obat yang lebih baik.

"Kalau bisa beli di outlet apotek yang resmi, kemudian kalau pun harus beli secara daring, kan di toko-toko itu kita bisa lihat yang sudah terverifikasi yang mana, tetapi sebisa mungkin jangan ke toko daring, karena kalau beli secara langsung di apotek resmi kan lebih teregulasi, itu saran-nya," tambahnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya