Stres Bisa Memicu Penyakit Mematikan, Waspadai 6 Dampaknya
- Freepik/jcomp
JAKARTA – Stres merupakan bentuk pertahanan tubuh terhadap berbagai hal yang dialami dalam keseharian. Kerap dianggap sepele, rupanya stres yang berlebihan dan berlarut-larut dapat berdampak buruk bagi kesehatan, termasuk membuat tekanan darah (tensi) melonjak hingga diintai penyakit jantung.
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dr Erta Priadi, SpJP, FIH, menjelaskan bahwa stres memang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Kondisi stres ini terkait dengan berbagai perubahan fisik dan biologis yang terjadi dalam tubuh saat mengalami stres.Â
"Secara ilmiah, ada beberapa penjelasan tentang apa yang terjadi pada jantung saat seseorang mengalami stres yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung," ujarnya dalam webinar bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes), baru-baru ini.
Dituturkan dokter Erta, stres yang dialami berulang kali akan menjadi beban bagi tubuh. Dampak yang paling terlihat dari stres sebenarnya dimulai dari terpicunya pelepasan hormon stres, seperti adrenalin.
"Ini yang meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah yang tinggi adalah faktor risiko utama penyakit jantung," tuturnya.
Dampak kedua, stres dapat memengaruhi detak jantung. Beberapa orang mengalami peningkatan denyut jantung atau takikardia, saat stres, yang jika berlangsung dalam jangka panjang dapat meningkatkan beban kerja jantung. Ketiga, stres itu sendiri akan meningkatkan produksi hormon lain yang merugikan tubuh yaitu kortisol.
"Selain adrenalin, hormon stres lainnya seperti kortisol juga dapat meningkat selama stres. Kortisol dapat memengaruhi metabolisme tubuh dan menyebabkan peningkatan kadar gula darah, yang dapat memengaruhi kesehatan pembuluh darah," kata dokter Erta.
Dampak keempat, dokter Erta meminta masyarakat waspada bahwa stres kronis dapat memicu peradangan dalam tubuh. Peradangan kronis merupakan faktor risiko penyakit jantung karena dapat merusak dinding arteri dan meningkatkan risiko pembentukan plak aterosklerosis.
Kemudian, orang yang mengalami stres sering kali cenderung melakukan perilaku yang tidak sehat, seperti makan berlebihan, mengonsumsi alkohol berlebihan, atau merokok. Ini adalah faktor tambahan yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Terakhir, tentu hal ini berkaitan dengan gangguan tidur sehingga pada akhirnya berujung di kondisi penyakit jantung yang berbahaya.
"Stres dapat mengganggu pola tidur, dan kurang tidur atau tidur yang buruk telah dikaitkan dengan risiko penyakit jantung yang lebih tinggi," katanya.
Sebenarnya stres tidak selalu memberikan dampak negatif karena stres juga bisa berdampak positif kepada manusia. Stres ibarat dua sisi mata uang logam, yaitu memiliki sisi baik dan sisi buruk. Stres yang memberikan dampak positif diistilahkan dengan Eustress, dan stres yang memberikan dampak negatif distilahkan dengan distress. Hasil reaksi tubuh terhadap sumber-sumber stres merupakan eustress.
"Penting untuk diingat bahwa respons terhadap stres dapat bervariasi dari individu ke individu, dan tidak semua orang akan mengalami efek yang sama. Namun, jika stres menjadi kronis dan tidak diatasi dengan baik, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung pada individu yang rentan," tandasnya.