Geger Seorang Pria Tewas Gegara Tidak BAB Selama 10 Hari
- Pixabay/ mohamed-hassan
VIVA Lifestyle – Belum lama ini seorang pria 65 tahun yang tidak disebutkan namanya meninggal dunia usai tidak bisa buang air besar (BAB) selama tujuh sampai 10 hari. Dr Rawdy Reales Rois asal Kolombia menceritakan bahwa pria tersebut tiba di UGD dengan keluhan nyeri dada, mual, dan sakit perut.
Dikutip dari The Sun, Senin, 2 Oktober 2023, hasil elektrokardiogram pasien nampak normal, namun jantung pasien berdebar sangat kencang. Pasien tersebut juga nampak berkeringat.
Karena ia memiliki masalah penyakit jantung, petugas medis tidak disarankan untuk memberikan enema rektal sesuai apa yang diinginkan pasien. Dalam kasus yang jarang terjadi, obat pembersih tinja dapat memicu efek samping yang mengancam jiwa pada ginjal dan jantung.
Rawdy lantas memberikannya obat lain untuk sembelitnya namun efek yang diinginkan tidak muncul. Sang dokter lantas meningkatkan dosis dan meminta pasien tersebut untuk bangun dari ranjang dan banyak bergerak. Rawdy pun meninggalkan pasien tersebut dan berencana melakukan pemeriksaan dalam beberapa jam.
Namun ketika ditinggal, pasien tersebut tetap bersikeras untuk mendapatkan enema hingga dokter lain melakukan prosedur tersebut. Pasien tersebut akhirnya berhasil mengeluarkan kotorannya namun setelah itu ia meninggal dunia karena diduga alami serangan jantung.
Rawdy menduga bahwa pasien tersebut mengalami serangan jantung karena membuang kotorannya terlalu cepat sehingga merangsang saraf vagus dan menyebabkan tekanan darah yang turun secara tiba-tiba.
Tim medis sempat melakukan resusitasi selama 30 menit pada pasien tersebut, namun akhirnya pasien tersebut meninggal. Berkaitan dengan kejadian tersebut, dokter Philippa Kaye dari NHS yang tidak terlibat dalam dalam kasus tersebut mengatakan bahwa sembelit parah dan mengejan berulang dapat menyebabkan masalah seperti prolaps rektum.
Kondisi ini terjadi ketika rektum masuk ke dalam anus. "Hal ini dapat mengakibatkan penyumbatan usus, yang mengancam jiwa dan berhubungan dengan penyakit kardiovaskular dan stroke," katanya.
"Mengosongkan usus merangsang saraf vagus, sehingga secara teknis bisa menurunkan tekanan darah Anda," pungkasnya. Penurunan yang tiba-tiba berpotensi berbahaya karena dapat menyebabkan jantung, otak, atau organ lain tidak mendapatkan aliran darah yang cukup.