Awas, Stres Seperti Ini Bisa Menyebabkan Penyakit Jantung

Ilustrasi sakit kepala, putus asa, depresi, pusing, stres.
Sumber :
  • Pixabay/ lukasbieri

VIVA Lifestyle – Stres merupakan respons otomatis manusia ketika menghadapi situasi yang sulit atau membebani. Jika stres hanya berlangsung singkat, umumnya bermanfaat karena bisa memotivasi kita untuk menyelesaikan tugas yang sulit. Namun, jika stres berkepanjangan akan menimbulkan efek tidak sehat pada kesehatan fisik dan psikologis kita. 

Profil Pak Tarno: Dulu Pesulap Terkenal, Kini Jualan Ikan Cupang di Pinggir Jalan

Respons stres memiliki komponen emosional atau afektif yang menimbulkan banyak sekali emosi negatif, seperti kekhawatiran, ketakutan, frustasi, kesedihan, dan banyak lagi. Yuk, scroll untuk informasi selengkapnya.

Trideep Choudhury, Konsultan Psikiater, Departemen Kesehatan Mental dan Ilmu Perilaku, Fortis New Delhi, India, mengatakan, salah satu organ vital tubuh kita yang terkena dampak stres berkepanjangan adalah jantung kita. 

Jaga Gula Darah Stabil dengan 12 Makanan Super Ini untuk Diabetes

"Ketika stres, tubuh kita melepaskan hormon stres yang disebut katekolamin. Hormon stres ini meningkatkan kebutuhan oksigen tubuh kita, sehingga memungkinkan tubuh kita merespons stresor secara proaktif. Kebutuhan peningkatan oksigen yang berkepanjangan berarti jantung bekerja terlalu keras untuk jangka waktu yang lama," ujarnya dilansir Times of India, Minggu 1 Oktober 2023. 

Dianggap Berisiko! 6 Kondisi Kehamilan Ini Disarankan Periksa ke Konsultan Fetomaternal, Apa Itu?

Dampak stres berkepanjangan
Terjadi peningkatan denyut jantung dan tekanan darah berkepanjangan, dapat menyebabkan perubahan permanen pada ukuran jantung, irama jantung yang tidak normal, kejang arteri koroner yang menyebabkan berkurangnya suplai darah ke otot jantung yang menyebabkan iskemia miokrad yang bermanifestasi sebagai nyeri dada, ketidaknyamanan epigastrium. 

Terkadang kondisi seperti itu bisa menyebabkan infark miokard. Irama jantung yang tidak normal dapat mengeluarkan bekuan darah ke otak sehingga menyebabkan stroke. Penelitian juga menunjukkan, hormon stres dalam jangka panjang dapat meningkatkan gula darah, kolesterol darah, dan trigliserida yang merupakan faktor risiko umum penyakit jantung. Stres juga dapat mendorong penumpukan timbunan plak di arteri. 

Stres emosional juga dapat menyebabkan tidur menjadi tidak teratur atau tidak sehat. Kurang tidur bahkan beberapa hari saja, dapat menurunkan kemampuan fokus bekerja, sehingga menurunkan produktivitas dalam bekerja, yang pada akhirnya meningkatkan stres emosional. 

Tidak hanya itu, kurang tidur juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah yang mungkin menetap dan merupakan faktor risiko independen terhadap penyakit jantung. 

Ilustrasi konsumsi permen dan makanan manis berlebih

Photo :
  • Freepik: wayhomestudio

Stres menyebabkan mengidam makanan tidak sehat
Stres emosional dapat menyebabkan perilaku maladaptif, seperti kebiasaan makan tidak sehat, kebanyakan dengan mengonsumsi makanan manis dan karbohidrat lain, serta lebih sedikit buah dan sayur. Pola makan yang tidak sehat seperti itu bisa berdampak buruk bagi jantung. 

Penelitian telah menunjukkan, seseorang mungkin mencoba mengonsumsi berbagai zat seperti alkohol, merokok dan zat adiktif lainnya untuk menghilangkan stres psikologis. Zat-zat tersebut dengan sendirinya sangat berbahaya bagi jantung dan merupakan faktor utama morbiditas dan mortalitas jantung, bahkan pada usia muda. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya