Miris, 7 dari 10 Rumah Tangga Indonesia Masih Konsumsi Air yang Terkontaminasi Bakteri

Ilustrasi air minum.
Sumber :
  • Pixabay/Bernd

JAKARTA – Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) Kementerian Kesehatan (2020) menyebutkan bahwa 7 dari 10 rumah tangga Indonesia mengonsumsi air minum dari infrastruktur yang terkontaminasi oleh bakteri E coli, dan baru 11.9 persen rumah tangga yang memiliki akses terhadap air yang aman untuk dikonsumsi.

The Magic of Christmas Hadirkan Keseruan Natal, Ada Banyak Aktivitas Seru dan Menarik!

Kualitas air minum berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan. Cemaran bakteri E. coli berpotensi memicu diare. Seperti diketahui, diare merupakan salah satu penyebab utama kematian balita di Indonesia. Scroll untuk informasi selengkapnya.

Permenkes Nomor 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum menyebutkan bahwa air minum harus memenuhi syarat tidak berbau, tidak berasa (tawar, dingin alami), bersih dan jernih, serta aman dari kontaminan.

Viral Meninggalnya WM, Bahayakah Konsumsi Susu dan Roti Saat Diare?

Ilustrasi minum air/air putih.

Photo :
  • Pexels/Karolina Gabrowska

Spesialis Gizi Klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr. dr. Diana Sunardi, Mgizi, SpGK(K), mengungkapkan, sumber air berkualitas buruk dapat membawa berbagai masalah kesehatan, seperti diare hingga stunting.

Anggota DPR Dukung Langkah Menkopolkam Lindungi Pelajar Dari Bahaya Judi Online

Menurutnya, komposisi mikrobiota antara lain dipengaruhi oleh sumber air minum. Dari hasil riset, komposisi bakteri jahat yang membawa berbagai masalah kesehatan, meningkat ketika anak-anak mengonsumsi air minum dari sumber yang tidak aman.

"Walaupun air minum sudah direbus hingga mendidih, jika cara penanganan dan penyimpanan air tidak higienis, maka kontaminasi E. coli dapat kembali terjadi," ujar dokter yang juga menjabat Ketua Indonesian Hydration Working Group (IHWG), dalam acara media gathering Tidak Semua Air Sama, di Jakarta, baru-baru ini. 

Guru besar hidrogeologi Universitas Gadjah Mada Prof. Dr.rer.nat. Ir. Heru Hendrayana, pun menegaskan bahwa tidak semua air sama. 

"Air yang sehat dan aman untuk dikonsumsi sangat bergantung dari sumbernya. Air yang diambil dari tanah dangkal besar peluangnya untuk tercemar aktivitas manusia. Sementara air dari akuifer dalam sifatnya murni dan memiliki kandungan mineral alami sehingga aman dan menyehatkan untuk dikonsumsi," jelasnya. 

Sumber air menjadi semakin penting karena air yang berasal dari sumber-sumber yang kurang baik memerlukan pemrosesan yang lebih kompleks. Padahal, air minum yang diproses berlebihan, seperti misalnya air demineral, tidak direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk dikonsumsi dalam jangka panjang karena dapat membawa dampak buruk bagi kesehatan, seperti meningkatkan risiko gangguan kesehatan jantung dan pembuluh darah.

Jurnalis senior dan figur publik Najwa Shihab, menambahkan, karena pentingnya peran air bagi kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, konsumen perlu kritis dan mencari tahu tentang kualitas air yang mereka konsumsi dengan memerhatikan dari mana air bersumber dan juga faktor keberlanjutan yang erat kaitannya dengan menjaga kualitas dan kuantitas air. 

"Konsumen masa kini, terutama kaum muda, menyebutkan bahwa dampak lingkungan menjadi perhatian mereka untuk memilih sebuah produk, termasuk air minum," ungkapnya.

Sri Widowati, Vice President Marketing Danone Indonesia, mengatakan, AQUA berkomitmen menerapkan pendekatan yang terintegrasi dari hulu ke hilir untuk memastikan kualitas dan kuantitas sumber air selalu terjaga.

"AQUA berasal dari 19 pegunungan terpilih yang telah melewati 9 kriteria, 5 tahapan, serta minimal 1 tahun penelitian," tuturnya. 

"Pemilihan sumber air AQUA juga didukung oleh pakar dari lintas-keilmuan, yaitu geologi, hidrogeologi, dan geofisika, serta didukung oleh laboratorium di Perancis dan Jerman. Dipilih secara ketat melalui lebih dari 600 parameter, sehingga mengandung mineral alami dan diproses tanpa tersentuh tangan manusia untuk menjaga kemurniannya," imbuh Sri Widowati.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya