Disunat Jin Ternyata Bukan Berkah, Ini Bahayanya
- Doc. Unsplash
JAKARTA – Fenomena "disunat jin" masih banyak terjadi di Indonesia dan diyakini oleh sejumlah orang sebagai momen yang langka. Padahal, disunat jin secara medis merupakan sebuah kondisi yang membahayakan apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Dalam dunia medis, disunat jin disebut parafimosis yakni kondisi saat kulup penis tidak dapat ditarik kembali ke kepala penis seperti semula. Kondisi ini cukup membahayakan karena dapat menyebabkan kulup penis membengkak dan tersangkut, sehingga mencegah peredaran darah terjadi secara optimal pada penis.
Parafimosis sering kali dialami oleh anak-anak, sekitar 0,2 persen anak berusia 4 bulan hingga 12 tahun yang belum melakukan sirkumsisi atau disunat berisiko mengalami parafimosis. Tetapi tidak menutup peluang kondisi ini juga sangat banyak terjadi pada orang dewasa yang belum disunat yakni sekitar 1 persen dialami orang berusia 16 tahun ke atas.
"Sangat bisa terjadi pada orang dewasa yang belum melakukan sirkumsisi atau sunat," jelas Dr Budi Himawan, SpU, dari Ikatan Ahli Urologi Indonesia sekaligus Dokter Spesialis Bedah Urologi RSUD Dr Soegiri Lamongan, dalam media briefing bersama Ikatan Dokter Indonesia, Senin 25 September 2023.
Ketua IDI Cabang Lamongan itu menyebutkan bahwa parafimosis sangat dekat dengan masyarakat Indonesia namun jarang yang menyadari bahwa ini adalah masalah kesehatan yang cukup fatal. Terutama masyarakat awam di daerah yang belum teredukasi secara matang soal parafimosis ini.
"Sampai anaknya udah diselametin segala macam karena katanya disunat jin. Padahal ini adalah kelainan medis, kondisi abnormal pada penis akibat tindakan tertentu. Misalnya anak kecil mainan penisnya secara tidak sengaja dia membawa ujung penisnya ke arah belakang yang akibatnya tidak bisa kembali lagi," jelasnya.
Parafimosis atau disunat jin akan menyebabkan pembengkakan pada kulup penis. Dari pembengkakan tersebut, jika dibiarkan terlalu lama maka akan menimbulkan rasa nyeri di sekitar area penis. Kemudian, penis yang bengkak akan berubah warna menjadi kebiruan hingga merusak fungsi saraf yang menyebabkan hilangnya bagian kepala penis.
Oleh karena itu, kondisi parafimosis tidak boleh dibiarkan dan harus segera ditangani oleh dokter dengan cepat.
"Pada beberapa orang ketika awal kejadian itu masih bisa dikembalikan seperti semula, tapi beberapa lainnya tidak bisa. Kalu sudah bengkak dan lama-lama dibiarkan maka bisa merusak penis," kata Dokter Budi.
"Kalau sudah mengalami kerusakan akibatnya secara estetika penisnya akan menurun karena sebagian kepalanya mengalami kerusakan hingga bentuknya tidak normal," tambahnya.
Ada cara pertolongan pertama yang bisa dilakukan untuk mengatasi parafimosis. Pertama yakni kompres penis dengan air dingin untuk mengurangi bengkak. Kemudian, minum obat anti nyeri yang aman bagi pasien bila tidak ada alergi dan kontraindikasi. Setelah melakukan dua hal tersebut, segera bawa pasien ke fasilitas kesehatan terdekat untuk ditangani secara medis.
Pada orang dewasa, sangat dianjurkan untuk rajin membersihkan penis dengan sabun dan air mengalir. Hindari juga penis bersentuhan dengan zat-zat yang mengiritasi dan kembalikan penis ke kondisi semula setelah melakukan hubungan badan. Namun pencegahan yang terbaik untuk parafimosis adalah melakukan circumsisi atau sunat di usia yang cukup.