Manfaat Melukis untuk Penderita Demensia, Salah Satunya Mampu Stimulasi Otak

ilustrasi demensia.
Sumber :
  • Pixabay/jarmoluk

VIVA Lifestyle – Indonesia merupakan satu dari lima negara di dunia yang memiliki jumlah usia lanjut tertinggi. Penduduk usia lanjut atau lansia pada tahun 2020 mencapai 9.92 persen atau sekitar 27 juta dari total jumlah penduduk (270 juta) di Tanah Air. Angka ini menjadi tantangan untuk terbangunnya lansia sehat, mandiri dan produktif.

Ajil Ditto Rasakan Pengalaman Pertama Jadi Pelukis di Film Hidup Ini Terlalu Banyak Kamu

Salah satu gangguan kesehatan yang menyerang lansia usia 60 tahun ke atas adalah demensia Alzheimer atau biasa disebut pikun. Setiap tahunnya terdapat lebih dari 10 juta kasus baru demensia di seluruh dunia dan satu kasus baru terjadi setiap tiga detik di dunia. Scroll untuk informasi selengkapnya.

Demensia adalah penurunan fungsi otak yang berdampak pada daya ingat, emosi, pengambilan keputusan dan fungsi otak lainnya. Satu orang terdiagnosa demensia Alzheimer, seluruh anggota keluarga akan terdampak. Diperlukan dukungan yang terintegrasi dalam memberikan perawatan dan pendampingan yang terbaik untuk ODD (orang dengan demensia) dan caregiversnya di Indonesia.

Hati-hati, Saraf Kejepit yang Tak Diobati Bisa Berujung Stroke dan Merambat ke Organ Vital Lain

Untuk membantu ODD mengatasi masalah fungsi kognitif dalam otaknya, ada beberapa aktivitas menarik yang bisa dilakukan di antaranya adalah olahraga, bermain games, hingga melakukan hobi.

7 Keunggulan Layanan Akupunktur di Klinik Beringin Indah, Tangerang

Pada konsepnya, ODD perlu melakukan hal-hal yang ia sukai dan membuat perasaannya senang supaya mau menjalaninya secara rutin. Salah satunya yang bisa menjadi terapi adalah melukis. Aktivitas seni yang satu ini diketahui memberikan manfaat bagi si pelukis seperti meningkatkan fungsi kognitif otak.

"Tetapi juga lukisan bermanfaat untuk yang melukisnya. Saat orang melukis, dari banyak penelitian juga menunjukkan itu bisa mestimulasi otak. Selain dia menikmati lukisannya, tetapi juga dalam konteks melukis, dia memilih warna, memadukan warna, berkreasi, berekspresi, itu bagian dari proteksi otak," jelas Dokter Spesialis Saraf, Prof. Dr. dr. Yuda Turana, SpS(K), dalam keterangannya, dikutip Jumat 22 September 2023.

Lewat kegiatan melukis, ODD juga bisa berkomunikasi dengan orang yang mendampinginya atau caregivers. Terutama bagi penderita demensia berat, didampingi saat melakukan aktivitas yang disukai akan melatih kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Biasanya, caregivers adalah orang yang lebih muda dari pada pasien ODD itu sendiri sehingga terjadilah komunikasi lintas generasi

"Ada orang yang mendampingi, yang biasanya lebih muda, untuk melukis bareng-bareng, menyediakan warnanya, kemudian menemani dalam bentuk perhatian komunikasi," katanya.

Lebih lanjut, melukis bisa menjadi terapi untuk ODD mengekspresikan perasaannya. Mereka bisa menuangkan segala kreatifitas lewat gambar tanpa memikirkan apakah hasil yang dibuatnya akan bagus atau tidak karena seni tidak pernah memiliki batasan.

Ilustrasi melukis/ pelukis

Photo :
  • Pixabay/ Pexels

ODD bebas berekspresi sekaligus meluapkan emosinya lewat warna, bentuk, maupun goresan garis lewat lukisan. Mereka bahkan dapat berimajinasi akan suatu hal sebelum menuangkannya di atas lukisan, yang mana dapat membuat otak lebih bekerja keras.

"Kadang-kadang kan sulit kita mengekspresikan sesuatu. Tetapi, dengan lukisan, kita bisa mengekspresikan sesuatu. Artinya, kadang-kadang lukisan itu sebenarnya bagian dari ekspresi dan emosi," kata Dokter Yuda.

Kesimpulannya, melakukan aktivitas seni seperti melukis bisa bermanfaat untuk menstimulasi otak dan kemampuan kognitif para ODD. Kemudian, ini juga menjadi sarana berekspresi mereka sekaligus menjadi sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Tidak hanya melukis, aktivitas lainnya yang menyenangkan seperti bermain musik, menanam tumbuhan, bahkan berolahraga juga bisa menjadi terapi yang baik bagi ODD. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya