Waspada Kanker Prostat pada Pria, Kapan Harus Segera Deteksi Dini?
- Pixabay
JAKARTA – Masyarakat Indonesia diimbau untuk meningkatkan kepedulian terhadap kanker prostat dan gangguan seksual pada pria. Kanker prostat menempati urutan ke-5 (GLOBOCAN 2020) penyakit kanker tersering yang dialami pria. Apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan kecacatan dan kematian. Sedangkan gangguan seksual yang tidak ditangani dengan baik akan menurunkan kualitas hidup.
Berdasarkan data GLOBOCAN tahun 2020, kanker prostat merupakan penyebab kematian nomor 6 tersering pada pria, dengan insiden global sebesar 30,7 per 100.000 pria dan angka kematian sebesar 7,7 per 100.000 pria. Di Indonesia kanker prostat menempati urutan ke-5 kasus kanker terbanyak pada pasien laki-laki dengan angka kejadian sebesar 11,6 kasus per 100.000 pria dan angka kematian sebesar 4.5 per 100.000 pria. Scroll untuk informasi selengkapnya.
Deteksi dini kanker prostat, ketika masih terbatas pada prostat, memberikan prognosis yang lebih baik bagi pasien. Sayangnya, di Indonesia, deteksi dini kanker prostat belum mencapai tingkat optimal. Banyak pasien datang ke dokter dalam stadium lanjut, terutama karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kanker prostat dan pentingnya pemeriksaan dini.
Ini menjadi masalah serius, terutama di antara mereka yang memiliki risiko tinggi, seperti yang memiliki riwayat kanker prostat dalam keluarga. Ini disayangkan karena jika kanker prostat dapat dideteksi pada tahap awal, peluang kesembuhannya akan lebih tinggi.
"Pasien kanker prostat yang didiagnosis dan ditatalaksana pada stadium dini, ternyata memiliki angka harapan hidup selama 10 tahun mencapai di atas 90 persen. Kami sangat mengharapkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk peduli terhadap kanker prostat dan gangguan fungsi seksual pada pria dan pasangannya,” ujar Dr. dr. Irfan Wahyudi, Sp. U(K), Ketua KSM Urologi RSCM FKUI, dalam konferensi persi di RSCM Kencana, Jakarta, Jumat 22 September 2023.
“Lakukan deteksi dini apabila mencurigai adanya gejala tertentu, seperti kesulitan buang air kecil, adanya darah dalam urine, kekuatan menurun dalam pancaran urine, serta adanya disfungsi ereksi," sambungnya.
Kanker prostat stadium awal biasanya terjadi hampir tanpa gejala. Kecurigaan akan meningkat dengan adanya gejala lain seperti nyeri tulang, fraktur patologis ataupun penekanan sumsum tulang. Untuk itu, dianjurkan pemeriksaan PSA saat usia 50 tahun, sedangkan yang mempunyai riwayat keturunan keluarga dianjurkan untuk pemeriksaan PSA lebih awal yaitu 45 tahun.
Pemeriksaan utama dalam menegakkan kanker prostat adalah anamnesis perjalanan penyakit, pemeriksaan colok dubur, PSA serum serta ultrasonografi transrectal/transabdominal. Diagnosis pasti didapatkan dari hasil biopsi prostat atau spesimen operasi.
"Deteksi dini kanker prostat memungkinkan tatalaksana sedini mungkin, sehingga dapat diobati sebelum menyebar. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan kematian akibat kanker prostat," kata Prof. dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, Sp. U (K), FICRS, Ph.D.
Gangguan seksual pria merupakan gangguan pada salah satu atau lebih fase pada siklus respons seksual yang menghambat individu untuk mencapai aktivitas seksual yang memuaskan. Lebih dari 35 persen pria dengan gangguan seksual memiliki >1 jenis gangguan seksual. Terlebih, angka kejadian beberapa jenis gangguan seksual meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Penyebab gangguan seksual sangat beragam yang secara umum dapat terbagi menjadi masalah psikologis, organik (adanya kelainan dari sisi anatomi atau fungsi organ), maupun campuran. Walaupun konsep gangguan seksual tetap sebenarnya mencakup konsep yang lebih luas seperti masalah seksual, biologis, psikoseksual, sosiobudaya, dan hubungan interpersonal.
"Sesuai dengan definisinya, gangguan seksual pria dapat terjadi pada masing-masing fase respons seksual. Bila dijabarkan gangguan seksual dapat berupa gangguan hasrat rendah, hipogonadisme (kadar testosteron rendah), disfungsi ereksi atau impotensi, gangguan ejakulasi dan orgasme, kelainan bentuk penis seperti kurvatur penis, kelainan ukuran penis dan dismorfofobia, serta priapismus atau ereksi yang berkepanjangan tanpa disertai dengan rangsangan," jelas dr. Widi Atmoko, Sp.U(K), FECMS, FICS, Ketua Cluster Uronephrology RSCM Kencana.