Polusi Udara Masih Buruk Bisa Picu Penyakit Jantung, Dokter Ungkap Bahayanya
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA Lifestyle – Polusi udara bertanggung jawab atas 25 persen kematian terkait kondisi kardiovaskular atau jantung dan pembuluh darah. Hal ini berarti individu yang tinggal atau beraktivitas di perkotaan berisiko lebih besar mengalami gangguan kardiovaskular.Â
Emisi karbon menyebabkan terjadinya percampuran udara dengan partikel amonia, karbon monoksida, nitrogen dioksida, dan sulfur dioksida sehingga menjadi udara yang tidak layak untuk dihirup karena berbahaya terhadap kesehatan. Polutan mikroskopis di udara dengan ukuran PM2.5 meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung karena ketika terhirup, ukurannya yang sangat kecil mampu menembus pembuluh darah. Scroll untuk info selengkapnya.
"Ini yang menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah," ujar Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr. Teuku Istia Muda Perdan, Sp. J. P, FIHA, dalam keterangannya, dikutip Rabu 20 September 2023.Â
Dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah Bintaro itu menyebut bahwa pada kondisi aterosklerosis atau adanya penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah arteri, polutan dalam tubuh dapat memicu terbentuknya zat radikal bebas. Ini yang berperan dalam proses pembentukan plak pada dinding pembuluh darah.Â
"Jika plak tersebut pecah, maka dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, dan kematian," imbuhnya.
Masalah ini bukan hanya berdampak terhadap individu, tetapi juga kelompok masyarakat. Untuk memastikan kualitas hidup yang lebih baik dan menurunkan beban ekonomi negara, tentu pencegahan penyakit jantung menjadi hal yang utama. Diperlukan komitmen bersama antara pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan masyarakat untuk menurunkan angka risiko penyakit kardiovaskular.
Kesiapan layanan medis Indonesia dalam menangani gangguan jantung
Penanganan yang serius untuk kasus gangguan kardiovaskular dibuktikan dengan sikap dan intervensi ahli medis untuk mengatasi berbagai faktor risiko penyakit jantung sesuai dengan rekomendasi yang berlaku secara internasional. Kesiapan teknologi penunjang pemeriksaan dan tenaga medis yang kompeten turut meningkatkan keberhasilan proses pengobatan pasien.
"Kesadaran masyarakat Indonesia untuk melakukan deteksi dini penyakit jantung juga diperlukan untuk mencegah kondisi semakin parah," tegasnya.
Medical check-up atau pemeriksaan kesehatan secara rutin menjadi salah satu cara untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan penyakit, tak terkecuali penyakit jantung. Beragam jenis penyakit jantung memerlukan tes dan cara deteksi yang berbeda karena memiliki kegunaannya masing-masing.
Pada kasus deteksi sumbatan jantung koroner, pemeriksaan dimulai dari treadmill stress test hingga CT-scan jantung. Sedangkan, untuk skrining sudden cardiac death atau henti jantung mendadak yang disebabkan oleh aritmia membutuhkan pemeriksaan mulai dari rekam jantung atau EKG hingga holter monitoring.Â
"Ada pula pemeriksaan USG jantung atau echocardiography yang merupakan standar pemeriksaan untuk memeriksa struktur ruang-ruang jantung dan mendeteksi katup serta dinding jantung yang bocor, penebalan, dan pembengkakan pada jantung," tandas dokter Teuku.