Stres Berat Bisa Sebabkan Sakit Kepala, Begini Ciri-cirinya

Ilustrasi stres/sakit kepala/pusing.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA Lifestyle – Sakit kepala menjadi salah satu gangguan kesehatan yang paling umum dialami oleh siapapun. Sakit kepala bisa menyerang kapan saja dan disebabkan oleh banyak hal. Salah satunya adalah sakit kepala yang disebabkan karena meningkatnya stres. Namun meskipun sakit kepala karena stres mungkin merupakan gambaran yang baik tentang apa yang terjadi di tubuh, ini bukanlah diagnosis yang sepenuhnya akurat. 

Sambangi KPK, Dr Tirta Diminta Lakukan Ini

Sakit kepala akibat stres bukanlah klasifikasi resmi sakit kepala dalam International Classification of Headache Disorders (ICHD-3) tetapi lebih akurat dikenal sebagai "tension-type" atau sakit kepala tegang.

"Sakit kepala tipe tegang didefinisikan dengan tidak adanya ciri-ciri migrain, sehingga cenderung muncul di kedua sisi kepala, terasa seperti nyeri tekan, tanpa gejala migrain biasa yang disertai mual, kepekaan terhadap cahaya dan suara, dan diperburuk oleh sakit kepala, gerakan," kata Dr.Ellen Drexler, MD, ahli saraf bersertifikat yang berbasis di New York, melansir Health, Selasa 19 September 2023.

Usia Muda, Tapi Sering Lupa? Ini 8 Kebiasaan yang Harus Dihindari

"Itu akan menjadi semacam tekanan biasa di bagian depan kepala Anda, jenis sakit kepala dengan tingkat keparahan ringan hingga sedang," tambahnya.

Pekerja Sektor Keuangan di Indonesia Alami Stres, Ini 3 Faktor utamanya

Menurut database MedlinePlus dari Perpustakaan Kedokteran Nasional AS, sakit kepala tegang adalah jenis sakit kepala yang paling umum dan digambarkan sebagai nyeri atau ketidaknyamanan di kepala, kulit kepala, atau leher, dan sering kali dikaitkan dengan ketegangan otot. 

"Sakit kepala stres ini menyerang sekitar 70 persen orang, dan dapat berlangsung selama 30 menit hingga 72 jam," kata Dokter Susan Broner, MD, selaku asisten profesor neurologi klinis di Weill Cornell Medical College. 

Stres tentu saja memainkan peran penting dalam memicu sakit kepala. Akan tetapi, mekanisme pastinya belum jelas, namun ada teori bahwa ketika seseorang menunjukkan stres, terjadi perubahan fisiologis dalam tubuhnya. 

"Peningkatan kadar kortisol dan respon melawan-atau-lari kita meningkat, memicu migrain atau sakit kepala tipe tegang," kata Dokter Broner. 

Selain stres, pemicu sakit kepala tegang antara lain adalah penggunaan alkohol, kafein, penyakit (pilek, flu, dll), masalah gigi, ketegangan mata, merokok berlebihan, dan kelelahan atau aktivitas berlebihan.

Tergantung pada tingkat keparahan dan lamanya sakit kepala akibat stres yang dialami, sakit kepala ini dapat hilang dengan sendirinya hanya dengan berhenti sejenak dari aktivitas apa pun yang menyebabkan stres. Dokter Wexler menjelaskan beberapa aktivitas yang merelaksasi seperti berbaring, bermeditasi, melakukan yoga ringan, atau bentuk perawatan diri lainnya adalah pilihan yang bagus.

Namun, jika rasa sakitnya sangat mengganggu, sebagian besar sakit kepala karena stres dapat diobati dengan analgesik yang dijual bebas seperti ibuprofen atau naproxen.

"Jika Anda mengonsumsi obat-obatan lebih dari sekali seminggu secara teratur, itu tandanya frekuensi sakit kepala Anda semakin meningkat dan Anda harus berkonsultasi dengan dokter tentang apa yang menyebabkan sakit kepala Anda," kata Dokter Broner.

Dokter Wexler merekomendasikan bahwa jika sakit kepala bukan hal yang biasa terjadi, terutama jika dialami oleh orang berusia di atas 50 tahun, maka harus mempertimbangkan untuk berkonsultasi dengan ahli saraf atau spesialis sakit kepala karena ini bisa menandakan bahwa ada hal lain yang lebih serius yang sedang terjadi. 

"Sakit kepala yang semakin memburuk atau semakin sering seiring berjalannya waktu, disertai dengan kondisi neurologis seperti penglihatan ganda, mati rasa, kesemutan, kelumpuhan, kehilangan penglihatan, atau disertai demam," kata dokter Wexler.

Dokter Broner juga menyarankan untuk tidak membiarkan sakit kepala karena stres menjadi bagian rutin dari hidup atau terjadi setiap hari. 

“Jika stres mengganggu tidur dan suasana hati Anda, dapatkan bantuan untuk mempelajari cara mengatasinya,” kata Dr. Broner.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya