Heboh Orang Suka Makan Semen, Ternyata Ini Penyebab dan Dampaknya Bagi Kesehatan

Ilustrasi menunda makan
Sumber :
  • Pixabay

JAKARTA – Beberapa waktu yang lalu, netizen sempat dihebohkan dengan munculnya seorang pria bernama Haris Daeng Ngalle yang suka memakan semen. Ia bahkan merasa tubuhnya baik-baik saja meskipun mengonsumsi semen yang tidak termasuk dalam jenis makanan. 

Menguak 7 Manfaat Kolang-kaling bagi Kesehatan Tubuh

Kebiasaan memakan makanan yang tidak layak dikonsumsi itu disebut sebagai gangguan Pica. Gangguan makan ini dapat membuat seseorang mengonsumsi hal yang tak lazim seperti benda-benda yang membahayakan tubuh yaitu rambut, kuku, kertas, sabun, semen, dan banyak lainnya. Scroll lebih lanjut.

Seseorang bisa dianggap mengidap pica jika terus melakukan kebiasaan tersebut setidaknya selama satu bulan lebih.

Dukung Program 3 Juta Rumah, Aplus Pasific Siapkan Material Bangunan Proyek Perumahan Layak Huni di Gresik

Hingga kini, penyebab terjadinya gangguan pica dalam diri seseorang belum diketahui pasti. Namun, ada beberapa faktor yang memicu tumbuhnya rasa ingin makan benda-benda tak lazim itu, seperti faktor gangguan psikologis. Pica juga seringkali terjadi pada anak-anak, di mana mereka belum mengerti jenis makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi.

Nasi Beku Jadi Solusi Diet Tanpa Rasa Lapar dan Menjaga Gula Darah

"Pica karena faktor psikologis karena adanya keinginan memakan benda itu, atau gangguan pica biasanya ada karena gangguan mental atau jiwa. Anak kecil juga, tapi biasanya karena mereka ngga ngerti mana makanan dan bukan," kata Dokter Irsan Hasan, Sp.PD-KGEH, dalam tayangan Hidup Sehat TVONE, Selasa 19 September 2023.

Selain orang dengan gangguan psikis dan anak kecil itu, ibu hamil juga cenderung memiliki rasa dorongan untuk mengonsumsi hal-hal yang tak lazim. Hal ini berhubungan dengan faktor hormonal yang membuat ibu hamil merasakan ngidam.

Ilustrasi ibu hamil.

Photo :
  • Stocksnap

Penderita gangguan pica karena faktor psikis biasanya akan merasa lebih nyaman dan tenang setelah mengonsumsi hal-hal tak wajar tersebut. Oleh karena itu, penderitanya bisa ketagihan mengonsumsinya hingga tidak dapat dihentikan. Pica juga bisa disebabkan faktor defisiensi atau kurangnya zat besi dan kalsium di dalam tubuh sehingga memicu keinginan untuk memakan berbagai hal.

"Karena faktor defisiensi, kalau kekurangan zat besi dan kalsium dia terpicu jadi pica. Sebaliknya, orang dengan pica bisa jadi kekurangan zat besi karena absorbsinya terganggu dari makan yang ngga mengandung zat besi itu," jelsnya.

Dari kebiasaan mengonsumsi hal-hal yang tak lazim itu, tentunya akan menimbulkan efek samping yang buruk bagi kesehatan terutama di bagian pencernaan. Benda-benda yang tidak dapat dicerna itu akan menumpuk di usus sehingga harus dilakukan operasi untuk mengobatinya.

Ilustrasi sistem pencernaan

Photo :
  • Pixabay

"Pada pencernaan, ada yang makan benda padat ngga jelas itu, tersimpan di usus halus, menumpuk, dan menyumbat. Pada kasus ini kadang butuh dioperasi," kata dokter Irsan.

Selain itu, penderita gangguan pica juga rentan mengalami mikronutrien atau kekurangan nutrisi di dalam tubuhnya karena memakan hal yang tidak bergizi.

"Mikronutrien, kekurangan zat besi, zinc, kalsium. Efeknya jangka panjang dan itu tahunya dari pemeriksaan darah karena dari fisik enggak kelihatan," ujarnya.

Gangguan makan yang satu ini bisa diobati dengan cara terapi. Meskipun berurusan dengan sistem pencernaan, tetapi pengobatan gangguan pica dilakukan oleh seorang psikiater yang akan membantu pasiennya menanamkan pola pikir bahwa makanan tersebut tidak layak dikonsumsi. Psikiater juga akan membantu pasien mengatasi kecemasan atau trauma yang memicu dirinya mengalami gangguan tersebut.

"Kebiasaan ini diubah pelan-pelan biasanya penderita datang ke dokter pencernaan tapi yang mengobati psikiater karena hubungannya dengan kejiwaan. Jadi diatur mindset-nya supaya berhenti," kata Dokter Irsan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya