Pakar Ungkap Virus Nipah Lebih Mematikan Dibanding COVID-19

Ilustrasi virus nipah
Sumber :
  • Pixabay

INDIA – Virus Nipah tengah disorot lantaran menyebabkan dua orang meninggal dunia di India. Direktur Jenderal Dewan Penelitian Medis India (ICMR) Rajeev Bahl memperingatkan bahwa angka kematian kasus infeksi virus Nipah sangat tinggi dibandingkan dengan COVID-19. 

"Angka kematian kasus virus Nipah berkisar antara 40 hingga 70 persen, dibandingkan angka kematian akibat Covid yang mencapai 2-3 persen," ujarnya dikutip laman India Today.

Virus Nipah

Photo :
  • Indian Express

Sebanyak lima orang telah terinfeksi virus ini di Kerala, dua orang di antaranya telah meninggal dunia sebelumnya. Dengan meningkatnya jumlah kasus aktif virus Nipah di Kerala, Pusat pemerintah di kota tersebut mengumumkan keputusan untuk membeli 20 dosis antibodi monoklonal dari Australia untuk pengobatan virus Nipah.

Kasusnya sendiri saat ini masih terus diselidiki oleh pemerintah dengan memantau kontak dekat yang berisiko tinggi. Berbicara tentang keputusan pemerintah untuk membeli lebih banyak dosis antibodi, Rajeev Bahl mengatakan bahwa penelitiannya terbukti efisien di tahun 2018 silam.

“Kami mendapat beberapa dosis antibodi monoklonal dari Australia pada tahun 2018. Saat ini, dosis tersebut hanya tersedia untuk 10 pasien. Dua puluh dosis lagi sedang dipersiapkan. Namun obatnya perlu diberikan pada tahap awal infeksi,” katanya.

Ia menambahkan bahwa sejauh ini belum ada seorang pun yang menerima obat tersebut di India. Menurut Dirjen ICMR, secara global, hanya 14 pasien yang terinfeksi virus Npah di luar India yang telah diberikan antibodi monoklonal. Ke-14 pasien tersebut selamat.

“Hanya uji coba tahap 1 untuk mengetahui keamanan obat yang dilakukan di luar. Uji khasiat belum dilakukan. Hanya bisa diberikan sebagai obat 'belas kasih',” ujarnya.

"Keputusan untuk menggunakan antibodi akan diserahkan kepada pemerintah Kerala, dokter, dan keluarga pasien," kata Rajeev Bahl.

Ilustrasi virus.

Photo :
  • www.pixabay.com/typographyimages

Apa itu virus Nipah?

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), virus Nipah (NiV) pertama kali ditemukan pada tahun 1999 setelah epidemi penyakit ini terjadi pada babi dan manusia di Malaysia dan Singapura, yang mengakibatkan hampir 300 kasus pada manusia dan lebih dari 100 kematian.

Wabah ini menimbulkan dampak ekonomi yang besar karena lebih dari satu juta babi dimusnahkan untuk membantu mengendalikan penyebaran penyakit ini.

Meskipun tidak ada wabah NiV lainnya yang dilaporkan di Malaysia dan Singapura sejak tahun 1999, kasus-kasus tersebut telah tercatat hampir setiap tahun di beberapa wilayah Asia sejak saat itu – terutama di Bangladesh dan India.

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

NiV adalah virus zoonosis, artinya awalnya menyebar antara hewan dan manusia, jelas CDC dalam pernyataan yang diterbitkan pada tahun 2020. Hewan inang NiV adalah kelelawar buah (genus Pteropus), yang juga dikenal sebagai rubah terbang.

Ada pun virus dapat disebarkan melalui kelelawar buah, babi, dan melalui kontak manusia ke manusia (seperti air liur atau urin). Kontaminasi awal dari hewan ke manusia dikenal sebagai peristiwa limpahan (spillover event), dan begitu seseorang terinfeksi, penyebaran NiV dari manusia ke manusia dapat terjadi.

Jangan Tertipu! Waspada Penipuan Berkedok Lowongan Kerja Remote, Ini Ciri-Cirinya
Virus Corona atau Covid-19.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Indonesia once faced the challenges of the Covid-19 pandemic. As part of an effort to provide early prevention it, can be done by an app.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2024