Kanker Serviks Tak Bisa Sembuh Meski Kemoterapi, Ini Satu-satunya Cara yang Bisa Mendeteksi

Ilustrasi kanker serviks.
Sumber :
  • iStockphoto.

VIVA Lifestyle – Kanker serviks menjadi momok menakutkan bagi para wanita, terutama bagi yang sudah melakukan hubungan seksual. Di mana berdasarkan penelitian, penyakit ganas ini lebih banyak diderita wanita yang sudah berhubungan seksual. 

Hari Ibu: Peneliti Wanita Indonesia Jadi Dokter Pertama Raih NAOS Ecobiology International Award di Prancis

Adanya hal ini, pemerintah dan sejumlah elemen kesehatan pun berupaya untuk melakukan antisipasi. Karena pada faktanya, kanker yang menyerang bagian rahim ini tidak dapat disembuhkan dengan metode kemoterapi. Scroll untuk informasi selengkapnya. 

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Onkologi, dr. Alexy Oktoman Djohansjah mengatakan, penanganan pada kanker serviks memiliki hal yang berbeda dengan jenis kanker lainnya, terutama dalam pengobatan. Di mana, kanker yang menyerang leher rahim itu tidak bisa disembuhkan dengan jalur kemoterapi. 

Gerbong Khusus Wanita di LRT Jabodebek Mulai 23 Desember, Berlaku Senin hingga Jumat

"Penyembuhan pasien kanker serviks beda dengan jenis kanker yang lain. Bukan dengan kemoterapi, tapi dengan jalur operasi radiasi. Ada juga yang kemoterapi, tapi beda kasus, di mana kankernya ini sudah menjalar ke bagian tubuh lainnya, dan menimbulkan komplikasi," katanya, Rabu, 13 September 2023. 

Tega! Wanita di Palembang Bunuh Adik Ipar Pakai Jamu Berisi Racun

Alhasil, selain pengobatan, ada langkah antisipasi untuk mencegah timbulnya kanker serviks. Di mana, penyakit yang utamanya disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) ini, dapat dicegah melalui vaksinasi terhadap HPV serta pemeriksaan rutin, termasuk tes pap smear. 

Untuk vaksinasi HPV ini, tengah digencarkan pemerintah kepada seluruh wanita, terutama anak-anak dengan usia 9 tahun. Meski banyak persepsi yang timbul karena vaksinasi ini, Alex menegaskan, bila langkah tersebut tepat dilakukan untuk membentuk antibodi pada wanita sejak usia dini. 

"Salah satu langkahnya itu ada vaksinasi HPV. Di mana saat ini usia 9 tahun pun sudah divaksin, dan ini adalah yang bagus dan tepat. Bukan artinya si anak atau wanita ini sudah boleh atau bisa berhubungan seksual di usia dini, bukan, itu salah. Jadi, pemberian vaksin di usia dini itu bagus, karena bisa membentuk antibodi yang cepat dan lebih kuat, karena daya responsnya masih bagus untuk membentuk antibodi," ungkapnya. 

Jika biasanya vaksin HPV hanya berisi 5 jenis virus HPV, saat ini telah tersedia vaksin HPV multivalen yakni dirancang untuk melindungi terhadap inveksi virus HPV dengan 9 jenis strain berbeda. Adapun, vaksin HPV multivalen ini dirancang untuk melindungi terhadap HPV tipe 6, 11, 16, 18, 31, 33, 45, 52, dan 58. 

"Di antara tipe-tipe ini, HPV 16 dan 18 dikenal sebagai yang paling berisiko dan seringkali terkait dengan kanker serviks. Untuk vaksin HPV yang diberikan ke penerima usia 9 tahun tentunya beda dengan yang sudah dewasa atau yang sudah pernah berhubungan badan,” jelasnya.

Pemeriksaan rahim/kandungan/kanker serviks.

Photo :
  • VIVA/Muhamad Solihin

Selain vaksin, salah satu faktor yang bisa mencegah penularan virus HPV adalah pasangan masing-masing. Hal tersebut lantaran, penularan virus HPV berasal dari kontak fisik, di mana virus bisa mencapai mulut rahim dengan cara berhubungan seksual. 

"Ini berlaku untuk laki-laki dan perempuan, karena laki-laki pun bisa tertular dan terinfeksi virus HPV ini, kalau wanita di mulut rahim menjadi kanker serviks, kalau laki-laki biasanya di daerah sekitar mulut terinfeksinya. Dan memang satu-satunya cara untuk mendeteksi kanker serviks adalah pap smear. Karena harus secara langsung melihat dan mendeteksi virusnya, tidak bisa dilakukan secara kasat mata, karena gejalanya mirip dengan penyakit reproduksi lainnya,” bebernya.

Ia juga mengimbau masyarakat Indonesia, khususnya wanita untuk melakukan pencegahan kanker serviks agar kasusnya lebih mudah ditangani dan pengobatan pun akan lebih cepat. 

"Semakin rendah stadiumnya saat terdeteksi, maka kesempatan untuk sembuh total dan kanker tak kembali lagi semakin besar. Jika masih stadium awal bisa sembuh 100 persen, jika sudah stadium lanjut maka intervensi akan semakin banyak dan sulit sembuh total," ungkapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya