Diidap Arawinda Kirana, Ini Gejala Penyakit Vaginismus
- Pixabay/pexels
JAKARTA – Aktris Arawinda Kirana belakangan kembali menuai sorotan publik karena pengakuan terbarunya. Arawinda merasa tidak pernah merebut Guiddo Ilyasa dari sang mantan istri Amanda Zahra. Ia justru mengaku pernah mendapati pelecehan seksual dari pria tersebut.
Akibat pelecehan seksual itu, penyakit Vaginismus yang diderita oleh Arawinda semakin parah. Ia semakin sering mengalami nyeri di bagian panggul dan alat kelaminnya.
Melansir Medical News Today, vaginismus adalah suatu kondisi yang melibatkan kejang otot pada otot dasar panggul. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Ini merupakan suatu kondisi kompleks yang dapat menyebabkan nyeri, sulit, atau tidak mungkin melakukan hubungan seksual, menjalani pemeriksaan ginekologi, atau memasukkan tampon.
Ketika seseorang mencoba memasukkan suatu benda ke dalam vagina, otot-otot di sekitar lubang vagina atau di dasar panggul bisa mengalami kejang tanpa disengaja.
Ada berbagai bentuk vaginismus, dan gejalanya berbeda-beda pada setiap individu. Vaginismus bisa disebabkan oleh faktor emosional, faktor medis, atau keduanya.
Perawatan yang melibatkan latihan fisik dan emosional biasanya efektif untuk menyembuhkan penyakit ini.
Gejala Vaginismus
Setiap wanita yang menderita penyakit ini mungkin memiliki gejala yang berbeda-beda. Umumnya, ia akan merasakan hubungan seksual yang menyakitkan (dispareunia), dengan rasa sesak dan nyeri yang mungkin sangat perih di sekitar area vagina.
Selain itu, wanita pengidap vaginismus akan sulit melakukan penetrasi karena rasa sakit tersebut. Akibat nyeri di sekitar area vagina itu, akan menyulitkan juga untuk memasang tampon atau melakukan pemeriksaan ginekologi.
Kejang otot umumnya terjadi selama upaya hubungan seksual. Intensitas nyeri dapat berkisar dari ringan hingga berat, dan sensasinya dapat berkisar dari sedikit ketidaknyamanan hingga rasa terbakar.
Vaginismus tidak mencegah orang untuk terangsang secara seksual, namun dapat menyebabkan kecemasan dalam berhubungan seksual dan menyebabkan orang menghindari hubungan seks atau penetrasi vagina.
Saat melakukan aktivitas seksual, pengidap vaginismus tetap bisa mengalami orgasme akibat rangsangan klitoris. Kondisi tersebut tidak mencegah kemampuan ini dan hanya mempengaruhi hubungan seks penetrasi. Namun, beberapa penderita vaginismus mengalami disfungsi seksual lainnya, seperti kesulitan mencapai orgasme.
Vaginismus merupakan suatu kondisi yang dapat terjadi akibat stres fisik, stres emosional, atau keduanya. Bisa bersifat antisipatif, artinya terjadi karena orang yang mengharapkannya terjadi.