Kulit Belang Usai Aktivitas Seharian di Luar Ruangan, Akibat Polusi Udara?
- Freepik/freepik
JAKARTA – Polusi udara yang buruk kerap dikaitkan dengan sejumlah permasalahan kesehatan, termasuk kulit. Tak sedikit pula yang mengklaim bahwa warna kulit menjadi rentan 'belang' atau berbeda warna akibat aktivitas seharian di luar ruangan, benarkah gegara polusi udara?
Dokter Spesialis Dermatologi, Venereologi, dan Estetika lulusan Universitas Indonesia (UI) dr. Amanda Wardani, Sp.D.V.E mengungkapkan bahwa warna kulit yang belang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dari pengalamannya, dokter Amanda menilai bahwa kulit belang dapat terjadi akibat paparan sinar matahari secara terus menerus atau sunburn.
"Biasanya kulit belang atau hiperpigmentasi itu terjadi karena kulit terbakar sinar matahari," ujarnya dalam acara Bamed di Jakarta.
Dokter Amanda menilai bahwa faktor polusi udara terhadap kondisi kulit ini kemungkinannya rendah. Menurutnya, upaya yang dapat dilakukan dalam mengembalikan atau meratakan warna kulit tersebut melalui pemakaian losion yang mengandung pencerah.
"Salah satu yang bisa dilakukan untuk meratakan kembali warnanya dengan rutin pakai losion dengan kandungan pencerah seperti yang mengandung vitamin C, niacinamide, alfa arbutin, sehingga lambat laun kondisi kulit bisa kembali sama seperti sebelumnya," imbuh dokter Amanda.
Tak hanya losion, peran tabir surya juga sangat penting agar tidak makin memperparah kondisi kulit belang itu. Rutinitas pemakaian tabir surya tersebut dianjurkan untuk digunakan di wajah, tangan, dan kaki agar seluruh kulit terlindungi dengan baik.
Dari segi penggunaan juga, banyak yang salah kaprah dalam mengaplikasikannya. Pada tabir surya, dokter Amanda menyarankan pemakaian berulang karena hanya bertahan selama empat jam. Apalagi untuk individu yang kerap beraktivitas di luar ruangan dalam wakti lama, tabir surya patut dipakai secara berulang agar benar-benar melindungi kulit.
"Penting untuk memakai ulang sunscreen ini, karena ada beberapa produk sunscreen yang habis terkena matahari justru strukturnya rusak. Sehingga perlu diaplikasikan ulang dan bisa menjaga lapisan kulit serta pigmen lebih terlindungi," kata dokter Amanda.
Pemilihan tabir surya yang tepat untuk cuaca seperti di kota-kota besar di Indonesia, dianjurkan dengan indeks SPF dan PA yang tinggi, contohnya produk tabir surya dengan SPF 50 PA++++. Pada SPF merujuk pada kandungannya yang mampu memproteksi kulit dari serangan radikal sinar UVB, sedangkan PA merujuk pada kandungan yang memproteksi warna kulit dari serangan radikal sinar UVA.
"Penting untuk tidak beraktivitas di luar ruangan saat intensitas indeks UV tinggi. Untuk mengetahui waktu ideal saat intensitas indeks UV rendah masyarakat bisa mengecek di website BMKG," imbuh dokter Amanda.