Indonesia Jadi Negara dengan Beban TBC Tertinggi Kedua di Dunia

Ilustrasi batuk.
Sumber :
  • Freepik/drobotdean

JAKARTA – Indonesia berkomitmen untuk mencapai eliminasi TBC pada tahun 2030. Mengutip situs Kementerian Kesehatan (Kemenkes), target yang diharapkan tercapai pada 2030 adalah Insiden Rate TBC 65/100.000 penduduk dengan angka kematian 6/100.000 penduduk.

Tandanya Mirip, Ini yang Membedakan Batuk TBC dan Pneumonia

Berdasarkan Global TB Report 2022, Indonesia merupakan negara dengan beban TBC tertinggi kedua di dunia setelah India. Scroll untuk informasi selengkapnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 969 ribu kasus TBC di Indonesia dengan angka notifikasi saat ini yaitu 717.941 kasus. Data survei prevalensi TBC tahun 2013-2014 menunjukkan bahwa pengetahuan tentang TBC merupakan salah satu faktor yang memengaruhi perilaku pencarian pengobatan.

Demo Tolak Survei Masjid di Sambhal India Berujung Bentrok dengan Polisi, 5 Orang Tewas

Dalam rangka mendukung eliminasi TBC pada 2030, 5th Indonesia Tuberkulosis International Research Meeting (The 5th INA-TIME 2023), digelar dan kini telah rampung diaksanakan. Rangkaian kegiatan selama tiga hari tersebut ditutup pada Sabtu petang, 2 September 2023. 

Geger Pria India Tiba-tiba Hidup Lagi saat Akan Dikremasi, 3 Dokter Diskors

INA – TIME sendiri merupakan kegiatan tahunan yang mempertemukan para peneliti, dokter, profesional, dan para pengambil kebijakan untuk berbagi dan bertukar informasi terbaru dan tantangan kesehatan Tuberkulosis di Asia Tenggara khususnya Indonesia.

Dalam sambutan penutupnya, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, Imran Pambudi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut menyukseskan gelaran tahunan tersebut.

“Saya berterima kasih kepada UGM yang telah sukses melaksanakan INA-TIME ke-5 ini,” ungkap Imran disambut tepuk tangan peserta konferensi.

Ia bersyukur penyelenggaraan INA-TIME makin sukses tiap tahun. Hal tersebut ia amati dari meningkatnya animo baik dari peserta, abstrak riset dan inovasi yang diterima, maupun sponsor yang mendukung penyelenggaraan.

Animo mengikuti INA-TIME tahun ini merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan INA-TIME sebelumnya. Tercatat lebih dari 400 peserta terdaftar mengikuti rangkaian kegiatan, baik workshop maupun konferensi. Hal yang lebih membanggakan, 174 abstract dan inovasi dipresentasikan baik melalui poster maupun secara lisan. 

Hal ini sejalan dengan tema yang diambil tahun ini, yaitu ‘Stepping up research to end TB, together we can!’ Menurutnya, riset yang perlu mendapat perhatian bukan hanya riset-riset dalam skala besar. 

“Operational research itu juga penting untuk melihat apakah program pemerintah sudah menjawab tantangan eliminasi TBC di Indonesia atau belum,” lanjutnya.

Imran menambahkan bahwa INA-TIME merupakan ajang yang dapat mendukung eliminasi TBC di Indonesia tahun 2030. Ajang ini merupakan wadah berbagi pengetahuan, inovasi  dan praktik terbaik untuk menciptakan kolaborasi yang akan berkontribusi dalam upaya percepatan eliminasi TBC di Indonesia dan global. 

Tercatat, ada 21 pembicara yang menyampaikan beragam pemaparan sesuai dengan kepakarannya. Jumlah itu belum termasuk keynote speech yang disampaikan oleh Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin pada hari pertama dan Jeremiah Chakaya Muhwa dari The Union yang menyampaikan pemaparan tentang situasi TBC secara global.

Beragam tema yang disampaikan oleh para pembicara tentu sangat menarik dan selaras dengan target eliminasi TBC 2030. Tema-tema itu antara lain Pencegahan TBC, komorbiditas TBC dan TBC pada anak, knowledge, attitude and practice pada TBC, kolaborasi multisektor dan partisipasi komunitas dan masyarakat, dan manajemen klinis TBC.

Pada sesi penutupan, panitia juga mengumumkan The outstanding presenters baik untuk abstract maupun inovasi. Total ada 12 presenter yang mendapat penghargaan dari panitia baik peserta yang mempresentasikan melalui poster maupun secara lisan. Meski demikian, panitia tidak membuat pemeringkatan untuk semua presenter terpilih tersebut. 

“Kami klasifikasikan saja berdasarkan abstract atau inovasi dan presentasi oral atau poster,” jelas Vincentius Arca, Koordinator Scientific Programme Committee & Editorial Board INA-TIME 2023. 

Lebih lanjut, ia mengucapkan terima kasih kepada semua juri dan reviewer yang telah menilai seluruh abstract dan inovasi yang di-submit. 

“Secara keseluruhan The 5th INA-TIME 2023 berjalan lancar. Panitia sangat berterima kasih kepada semua pihak yang turut menyukseskan gelaran tahunan ini. Melebihi itu, semoga rangkaian acara tiga hari tersebut berkontribusi dalam upaya percepatan eliminasi TBC di Indonesia tahun 2030,” tutupnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya