Viral Fenomena Baby Blues Syndrome, Tanda Keimanan Melemah?
- Pixabay
JAKARTA – Beberapa waktu lalu viral video seorang ibu diduga hendak membuang bayi mungilnya di rel kereta. Video ini ramai jadi perbincangan dan banyak yang menduga, sang ibu mengalami baby blues. Kondisi baby blues syndrome sering muncul sebagai gangguan mental pasca melahirkan yang menyerang sejumlah ibu. Namun, persepsi masyarakat Indonesia terkadang menyamakannya dengan isu keimanan, melihatnya sebagai tanda kelemahan spiritual.
Sebagai tanggapan, dr Ita Fajria Tamim dari Nahdlatul Ulama menjelaskan bahwa baby blues syndrome tidak terkait dengan aspek spiritual seseorang, melainkan lebih kepada perubahan hormonal setelah melahirkan.
Kondisi ini seringkali diperparah dengan rasa kelelahan dan kekhawatiran tentang kemampuan mengasuh anak.
“Baby blues tidak berkaitan langsung dengan iman, karena kalau kita ngomongin iman itu kan spiritualitas sedangkan baby blues ini kaitannya dengan mentalitas,” jelas dr Ita, dikutip dari NU Online, Kamis, 7 September 2023.
Menurutnya, alasannya perempuan mengalami baby blues syndrome ini sangat beragam, mulai dari perubahan hormon, kelelahan fisik, serta adaptasi peran baru sebagai ibu.
Perubahan hormonal bisa mempengaruhi mood ibu. Ketidakstabilan hormon diperparah oleh adaptasi pola tidur dan perubahan gaya hidup saat memiliki bayi baru.
“Jadi, kondisi psikis ibu yang baru melahirkan itu sangat rentan sekali,” ujar dr Ita, Pengasuh Pondok Pesantren Nazhatut Thullab.
Menurutnya, gejala ini biasanya muncul pada hari-hari awal pasca melahirkan dan berlangsung selama 10 hingga 14 hari. Jika berlanjut lebih dari dua minggu, konsultasi dokter sangat dianjurkan.
Pentingnya support system
Ia menekankan bahwa setiap perempuan berisiko mengalami baby blues syndrome. Apa yang sangat dibutuhkan oleh seorang ibu yang baru saja melahirkan adalah dukungan dan penghargaan. Hindari mengkritik pilihannya dan cobalah memahami perasaannya.
“Suami menjadi peran sentral sebagai support system bagi ibu yang baru melahirkan, tujuannya untuk bisa mengurangi terjadinya baby blues maupun depresi. Pasangan harus bisa memahami emosi yang dirasakan ibu melahirkan dari mulai kesedihannya, rasa lelahnya, dan capek ketika kurang tidur,” jelasnya.