Batuk dan Serak Imbas Polusi Udara Buruk, Dokter Sebut Cara Alami Ini Lebih Efektif

Ilustrasi polusi udara.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Lifestyle – ISPA atau infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) menjadi salah satu keluhan utama masyarakat terkait buruknya polusi udara di kota-kota besar di Indonesia. Kendati begitu, dokter rupanya tak anjurkan segera minum obat saat keluhan itu muncul dan justru memberikan cara alami yang lebih efektif.

Prabowo Minta PM India Kirim Dokter Spesialis untuk Mengajar di Kampus Indonesia

Dokter spesialis paru dr. Januar Habibi, B.Med, Sc, SpP mengatakan bahwa ISPA merupakan penyakit akut yang bisa disebabkan berbagai faktor, termasuk polusi udara. Menurutnya, gejala ISPA yang cukup dominan adalah batuk dan serak. Meski, tak ada gejala khas pada infeksi ini.

"Bicara gejala ISPA, secara umum penyakit di bidang paru sama, ada batuk dan serak. Pada kasus lebih lanjut ada sesak dan napas berat. Nggak ada keluhan khas pada penyakit paru ini," ujarnya dalam acara media bersama MS GLOW dan J99 Corp, di Jakarta.

Viral Netizen Keluhkan Polusi Udara Jakarta yang Kian Memburuk, Kesehatan Warga Jadi Taruhan

Polusi Udara Jakarta

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Dijelaskan dokter Januar, gejala ISPA ini kerap membuat masyarakat mengambil jalan pintas mengatasi dengan memakai obat medis. Padahal, dokter Januar mengungkapkan cara alami yang diklaim lebih efektif dibandingkan minum obat, namun kerap diabaikan. Apa itu?

IDI Tegaskan Dokter Tak Boleh Jadi Influencer Sampai Promosikan Produk Kesehatan

"Kalau saya pribadi, sebisa mungkin jangan langsung beli obat. Kalau kita yakin ini karena pajanan polusi udara yang buruk coba mulai dengan air minum dulu. Tingkatkan konsumsi air minum. Nggak cuman volumenya, tapi frekuensi," tambahnya.

Dokter Januar berpendapat bahwa kebiasaan fokus dengan pekerjaan dan melupakan minum air putih walau sedikit, dapat memicu tenggorokan kering. Akibatnya, muncul kebiasaan berdeham yang akhirnya mengakibatkan radang disertai dampak lebih parah dari pajanan polusi udara.

"Kalau napasnya masih enak, belum demam, coba jangan pakai obat dulu. Kalau sudah tanpa obat belum berhasil atau malah demam ya coba dengan obat sesuai dengan gejala yang muncul. Namun ada baiknya bisa segera ke dokter dulu ya agar mendapatkan penanganan yang lebih tepat," saran dokter Januar.

Dokter Januar menganjurkan untuk mengonsumsi air putih setidaknya setiap 20 menit sekali untuk sekedar menyegarkan dahaga. Hal itu membantu tubuh menjadi lebih segar dan mencegah tenggorokan rentan kering akibat polusi yang terhirup.

"Kalau minum jangan terlalu lama jaraknya karena kita perlu melembabkan tenggorokan kita. Kalau bisa setiap 20 menit. Jadi minum itunya nggak harus segelas, seteguk saja," katanya.

Tak hanya itu, dokter Januar juga mengimbau agar masyarakat rutin mencuci hidung di tengah polusi udara yang buruk. Dengan menghidrasi tubuh serta mencuci hidung secara rutin, diharapkan meminimalisir polutan yang masuk ke tubuh.

"Cuci-cuci hidung itu akan sangat membantu. Zat polutan yang ukuran tertentu itu bisa menempel di rongga hidung, jadi kalau kita bisa cuci hidung sebelum dia masuk kita bisa buang duluan," jelasnya lagi.

Berdasarkan studi tahun 2016, dokter Januar mengatakan bahwa konsentrasi polutan particulate matter 2.5 (PM2,5) sebesar 92,8 mikrogram per meter kubik, artinya udara Jakarta berada di kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif. Konsentrat udara yang baik harusnya mencatatkan angka 1 – 12 mikrogram per meter kubik. 

"Bayangkan aktivitas fisik seperti olahraga di area polusi, makin banyak partikel polutan masuk ke pembuluh darah. Makanya salah satu upaya walau aktivitas di daerah hijau dengan udara berkabut dan awan gelap, pakai masker, itu akan lebih membantu," bebernya.

Untuk masker sendiri, dianjurkan memilih dengan teknologi unggulan yang tak hanya menyaring partikel dari udara, namun juga membantu imunitas tubuh agar tidak terserang virus dan bakteri lain seperti Kosmemask. Selain itu, masker ini juga memiliki kandungan Nano Silver dilengkapi dengan Stopper, Hypoalergenic, Anti bacterial dengan 4 lapisan extra protection, Bahan lembut, nyaman digunakan, dan tidak menyebabkan iritasi, serta BFE Bacterial Filtration Efficiency (BFE) 99?n Partie Filtration Efficiency (PFE) 95%.

"Kami mendapati kalau masyarakat membutuhkan masker yang nyaman, dengan bahan lembut, ringan dan tidak gerah, untuk digunakan sepanjang hari. Kosmemask mengakomodir kebutuhan ini, dan membuat penggunanya betah menggunakan masker yang saat ini kembali menjadi salah satu alat penting untuk menjaga kesehatan mereka,” ungkap Direktur Komersial J99 Corp., Amelia Nasution. 

“Kemampuan nanosilver menghancurkan mikroorganisme infeksius menjadikan nanosilver sebagai salah satu agen antimikroba yang paling kuat. Dengan demikian, masker kosme memenuhi kegunaan biomedis yaitu ampuh dalam melawan infeksi, sebab nanosilver kini termasuk salah satu teknologi nano yang paling andal," tandas Amel.

Ilustrasi lari.

Olahraga Lari saat Polusi Udara Buruk Bukan Ide Bagus, Begini Bahayanya bagi Kesehatan

Ketika seseorang berolahraga di tengah polusi, frekuensi napas meningkat sehingga memungkinkan lebih banyak partikel polusi masuk ke tubuh.

img_title
VIVA.co.id
20 November 2024