Dokter Tak Percaya Rumor Konsumsi Air Kemasan Sebabkan Penyakit

Ilustrasi minum air/air putih.
Sumber :
  • Pexels/Karolina Gabrowska

SEMARANG – Isu air kemasan galon guna ulang berbahan polikarbonat bisa memunculkan penyakit pada janin, ibu hamil, bayi dan anak-anak, dengan tegas dibantah oleh dokter spesialis kandungan dan kebidanan maupun dokter spesialis anak.

“Saya sudah praktik selama 40 tahun lebih, tidak pernah ketemu ada pasien saya yang keracunan karena minum air galon,” ujar Dr. dr. R. Soerjo Hadijono, Sp.OG, Sobsp Obginsos, Ketua Himpunan Obstetri Ginekologi Sosial Indonesia (HOGSI) menjawab pertanyaan wartawan di acara diskusi media bertema “Pentingnya Konsumsi Air Minum Bagi Kesehatan Ibu Hamil, Bayi dan Anak” di Kofitiére X Franco & Siena, Semarang, Rabu 23 Agustus 2023. Scroll untuk informasi selengkapnya.

Dokter spesialis kandungan dan kebidanan di RSUP Dr Kariadi Semarang ini mengatakan kalau memang air minum galon guna ulang berbahan polikarbonat itu beracun, sudah banyak masyarakat Indonesia yang keracunan dan berpenyakit.

“Tapi, nyatanya belum ada juga temuan yang menyatakan ada masyarakat yang menderita sakit karena minum air galon ini. Tapi, kalau yang diminum galonnya, ya pasti memang keracunan,” ucapnya.  

Dia mengutarakan bahwa air minum galon guna ulang itu cukup baik untuk kesehatan karena mengandung berbagai mineral yang dibutuhkan janin dan ibu hamil. Jadi, dia berharap agar air yang sudah dianggap sehat bagi masyarakat ini tidak diganggu dengan isu-isu yang tidak benar apalagi belum ada buktinya.

“Air minum galon ini juga kan sudah melalui proses persyaratan yang ketat sebelum dijual ke masyarakat. Jadi, sebaiknya air yang sudah puluhan tahun digunakan masyarakat dan masyarakat sudah percaya bahwa air itu sehat, jangan lagi diganggu dengan isu-isu yang belum terbukti kebenarannya,” katanya.  

Hal senada disampaikan Sekretaris Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Korwil Semarang dr. Setya Dipayana, Sp.A di acara serupa. Dokter spesialis anak di RSUD Tugurejo Semarang ini juga menyampaikan belum pernah menemui ada gangguan-gangguan penyakit pada pasien-pasien yang ditanganinya yang disebabkan minum air galon guna ulang.  

“Selama tujuh tahun saya menjadi dokter spesialis anak, saya belum pernah menemui kasus ada pasien saya yang mengalami gangguan penyakit karena minum air galon,” tuturnya.

Menurutnya, penyakit yang banyak ditemukan pada anak-anak itu adalah yang menderita diare karena proses membuat susunya yang salah.

Ilustrasi galon.

Photo :
  • Pixabay

“Kalau  pasien saya diare karena proses membuat susu itu banyak. Tapi, kalau disebabkan minum air galon sama sekali belum pernah ada,” tukasnya.

Dia mengatakan untuk menyatakan bahwa air galon itu berbahaya itu perlu penelitian lebih lanjut untuk membuktikannya.

“Apalagi kita sebagai dokter, tidak bisa dengan serta merta mengatakan bahwa pasien itu mengalami gangguan kesehatan karena keracunan air galon. Itu harus ada penelitian lebih lanjut lagi, karena kami dididik bicara berdasarkan data yang sudah ada. Jadi, kalau kita mau ngomong dia keracunan karena air galon harus ada datanya yang akurat,” katanya.

Dokter Setya mengakui sudah langsung melakukan riset terkait air galon berbahan polikarbonat ini di lapangan.

Hati-hati, Saraf Kejepit yang Tak Diobati Bisa Berujung Stroke dan Merambat ke Organ Vital Lain

“Saya sudah melihat di lapangan, saya riset ke pemilik galon, ternyata yang isi ulang itu mereka mengambil dari mata air pegunungan. Itu sudah cukup baik untuk didistribusikan karena sudah sesuai dengan penelitian yang sudah ada,” tuturnya. 

Kalau soal BPA yang ada di kemasannya, dia mengatakan sangat yakin sudah aman sama sekali.

Kasus KLB Meningkat di Kalangan Anak Sekolah, IDAI Ingatkan Pentingnya Vaksinasi

“Saya yakin sekali, karena tidak mungkin produk air galon ini bisa dijual di masyarakat kalau belum memiliki izin dari lembaga yang berwenang,” ucapnya.

Musim hujan, musim salju

Musim Hujan Bikin Sakit? Ini 5 Penyakit yang Harus diwaspadai

Musim hujan di Indonesia sering kali menjadi musim yang dinanti, terutama pasca melalui bulan-bulan yang panas. Namun, bersamaan dengan berkah hujan bagi sektor pertanian

img_title
VIVA.co.id
18 November 2024