Salt Theraphy Seperti Nikita Willy Ternyata Berbahaya, Dokter: Belum Terbukti Secara Ilmiah
- Instagram @nikitawillyofficial94
JAKARTA – Artis Nikita Willy berinisiatif untuk mengantisipasi dampak buruk yang mengintai putra semata wayangnya yakni Issa dalam kondisi polusi udara yang kian memburuk di Jakarta dan sekitarnya.
Salah satu yang dilakukan oleh Nikita Willy adalah mengajak Issa bermain pasir garam atau melakukan salt therapy. Melalui unggahan di Instagram Story @nikitawillyofficial94, Nikita Willy membagikan pengalamannya saat sang putra, Issa melakukan salt therapy tersebut di salt room, ruangnya berisi pasir garam. Scroll untuk info selengkapnya, yuk!
Salt therapy tersebut dilakukan Nikita kepada sang anak seminggu sekali lantaran polusi udara di Jakarta dan sekitarnya yang semakin memburuk. Karena dianggap dapat membahayakan kesehatan, terutama pada anak-anak, Nikita pun sebagai orangtua mencoba langkah bijak tersebut.
"Issa sedang tidak batuk/pilek, tapi karena udara Jakarta tidak bagus jadi aku coba seminggu sekali melakukan salt therapy," tulis Nikita Willy dalam Instagram Story dikutip VIVA.
Menanggapi salt therapy atau terapi garam yang dilakukan Nikita Willy pada putranya, dokter spesialis anak konsultan respirologi Prof Dr dr Bambang Supriyatno, SpA(K), menegaskan bahwa itu belum terbukti secara ilmiah dapat mengurangi dampak dari polusi udara. Justru, dokter Bambang mewanti-wanti ada bahaya pada saluran pernapasan bila kadar garam yang diberikan terlalu tinggi.
"Belum terbukti secara ilmiah bahwa garam itu bisa mengurangi polusi udara, malah bisa berbahaya," kata dokter Bambang dalam webinar digelar FKUI, Kamis, 24 Agustus 2023.
Dokter Bambang menambahkan bahwa kadar garam tinggi yang dimaksud bila mencapai 3 persen. Konsentrasi garam tinggi itu malah membuat saluran napas menyempit. Dampaknya, produksi lendir akan menjadi lebih banyak.
"Kalau anaknya tidak bagus dalam reflek batuknya, juga bisa kurang batuk. Jadi, bisa berbahaya," imbuhnya.
Dokter Bambang mengatakan bahwa terapi garam ini dalam dunia medis berupa NaCl atau larutan garam. Ini kerap digunakan untuk inhalasi pada yang kondisi tertentu. Dosis dari NaCl yang diuap tersebut sangat rendah yakni 0,9 persen.
Pada pemakaian NaCl dalam dosis tinggi, biasanya digunakan dalam kasus berat seperti tuberkulosis. Penggunaannya dibutuhkan untuk memeriksa anak yang didiagnosa sakit tersebut. Nantinya, akan memberi manfaat pada anak dengan TBC yang membantu pengeluaran lendir yang akan diperiksa untuk laboratorium.
"Tapi, sekali lagi penggunaan NaCl atau garam sebanyak 3 persen atau lebih tinggi dari itu bisa memicu saluran napas menyempit hingga asma kambuh," tandasnya.