Efek Obat Hipertensi Berbeda Tiap Orang, Ini Kata Dokter
- Freepik/freepik
JAKARTA – Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung, stroke, hingga gagal ginjal. Hal ini yang menjadikan hipertensi sebagai penyebab utama kematian di dunia.
Hipertensi dapat dipicu oleh berbagai faktor, misalnya faktor keturunan, usia (degeneratif), pola hidup yang tidak ideal, konsumsi minuman beralkohol dan merokok. Tekanan darah yang normal ditunjukkan dengan angka di bawah 120/80 mmHg pada pengukuran tensimeter.
Dokter spesialis jantung, Dr. dr. Faris Basalamah, Sp.JP(K) menjelaskan bahwa mengontrol hipertensi bisa dilakukan dengan mengonsumsi obat. Akan tetapi, beberapa pasien enggan mengonsumsi obat lantaran sejumlah efek samping yang dirasakan. Dokter Faris menegaskan bahwa pada dasarnya efek obat hipertensi ini dapat berbeda-beda pada tiap individu. Apa alasannya?
"Ada yang minum obat ternyata ada gangguan ereksi. Memang sih bisa diganti obat lain, tapi pasien ada yang jadinya nggak mau sama sekali minum obat. Efek samping obat bisa timbul pada si A, tapi pada si B ngga ngaruh karena ambang sensitivitas orang beda-besa. Kedua, ada pilihan obat lain yang bisa diberikan," ujar dokter yang praktik di Heartology Cardiovascular Hospital ini, dalam acara media di Jakarta.
Dokter Faris menegaskan bahwa hal ini mengharuskan kedisiplinan dan kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat-obat hipertensi. Sayangnya, bukti menunjukkan pada beberapa orang, hipertensi sulit dikendalikan meski dengan pengobatan khusus.
"Kondisi tersebut dikenal dengan istilah hipertensi resisten, yaitu kegagalan untuk mengontrol tekanan darah meskipun telah mengkonsumsi dosis maksimum dari obat yang diberikan dokter. Pasien dengan hipertensi resisten biasanya tetap memiliki gejala meski telah mengkonsumsi dosis maksimum dari kombinasi tiga obat hipertensi yang berbeda," tambah dokter Faris.
Sejumlah obat akan diberikan pada pasien hipertensi untuk membantu mengendalikan tekanan darah. Namun, obat-obatan ini harus dikonsumsi secara kontinu dalam jangka waktu yang lama hingga seumur hidup, tergantung derajat hipertensi.
"Hipertensi bisa dikontrol namun dengan obat. Butuh kepatuhan dari pasien tersebut. Masalahnya, angka kepatuhan orang dengan hipertensi masih rendah apalagi dengan obat yang banyak. Akibatnya, orang dengan hipertensi tidak pernah mencapai target tujuan pengobatannya," bebernya.
Untuk itu, ia menyampaikan bahwa pada dasarnya hipertensi dapat dikontrol dengan modifikasi lifestyle, yaitu diet rendah garam, mengurangi asupan makanan berlemak, hindari konsumsi alkohol dan stop merokok. Bila modifikasi lifestyle sudah dilakukan namun hipertensi tidak kunjung terkontrol, maka pemberian obat-obatan barulah diperlukan.
"Jika rutin melakukan olahraga, konsumsi makanan dengan porsi seimbang dan tanpa natrium berlebihan, membatasi asupan alkohol, hipertensi dapat dikontrol," tandasnya.