Polusi Udara Bikin Batuk? Dokter Tak Anjurkan Asal Minum Antibiotik

Ilustrasi batuk.
Sumber :
  • Freepik/drobotdean

VIVA Lifestyle – Batuk merupakan salah satu gejala dan atau penyakit yang kerap kali menyerang siapa pun. Terlebih saat ini, polusi udara yang mencemari sejumlah kota besar di Tanah Air membuat gejala batuk kian marak dialami masyarakat. 

Mampu Tangani Berbagai Penyakit, Terapi Sel Punca Diyakini Jadi Masa Depan Layanan Kesehatan Indonesia

Batuk adalah respons alami tubuh yang baik untuk mengeluarkan benda asing dalam tubuh. Polusi udara yang mengandung partikel berbahaya bagi tubuh juga termasuk sebagai benda asing yang ikut mencetuskan terjadinya batuk. Kondisi ini dinamakan sebagai batuk akibat alergi terhadap lingkungan. Scroll untuk informasi selengkapnya.

“Batuk disebabkan oleh infeksi dan bukan infeksi. Kalau untuk infeksi itu karena virus atau bakteri. Kalau non infeksi, penyebab paling sering itu alergi," ujar Medical Officer PT Kalbe Farma Tbk, dr. Kristia Avi A., dalam keterangan persnya, dikutip Selasa 22 Agustus 2023. 

Kenali Alergi Susu, IDI Kabupaten Kebumen Berikan Informasi dan Pengobatan yang Tepat

Sedangkan batuk non infeksi, kata dokter Avi, jarang disertai demam. Kalau pun alergi, hanya muncul di saat-saat tertentu, misalnya saat pagi atau malam hari saja. Apabila infeksi, dapat terjadi setiap saat dari pagi, siang, sore, dan malam hari.

Temuan Mengejutkan Kasus Bocah Tewas Diduga Diperkosa Ayahnya di Jaktim

"Cara membedakannya, kalau batuk karena infeksi ada gejala penyerta lain, seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, pilek, dan lain-lain, jadi penyakitnya progresif,” sambungnya.

Dokter Avi menjelaskan bahwa infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) paling sering terjadi, yang berdampak di hidung atau di paru-paru. Gejalanya macam-macam, tergantung orang yang mengalaminya. Namun, batuk merupakan keluhan yang paling umum dari ISPA.

Ada pun, batuk yang disebabkan oleh virus dapat sembuh dengan sendirinya sekitar 7-10 hari. Sama halnya dengan batuk akibat polusi udara. Maka dari itu, tidak dianjurkan asal mengonsumsi obat, khususnya antibiotik tanpa resep.

“Gejala batuk dapat sembuh dengan sejumlah obat-obatan, termasuk antibiotik. Namun, penggunaan antibiotik harus sesuai dengan resep dokter. Tidak disarankan mengonsumsi antibiotik jika tidak ada resep dokter,” papar dr. Avi.

Gaya hidup melalui pola makan juga bisa menjadi penyebab batuk, karena makanan pedas dan berminyak dapat mengiritasi saluran pencernaan dan sakit tenggorokan. Daya tahan pun memengaruhi proses penyembuhan batuk. Untuk itu, bila batuk tak kunjung sembuh, maka segera konsultasi ke dokter.

Ilustrasi obat/vitamin.

Photo :
  • Freepik

“Jadi ikuti aturan pakainya, karena tujuannya untuk meredakan gejala, bukan untuk mengobati penyaktinya. Kalau sudah minum obat tetapi tidak sembuh dan malah semakin parah, harus dikonsultasikan ke dokter,” tambahnya.

Di sisi lain, penyembuhan batuk kerap kali dikaitkan dengan jeruk nipis dan kecap. Menurut dr. Avi, jeruk nipis dapat meredakan gejala batuk dan sebagai anti peradangan. Sedangkan kecap, ditambahkan untuk mengurangi rasa asam dari jeruk nipis. 

Ia pun menambahkan bahwa mengonsumsi jeruk nipis jangan secara langsung, lebih baik ditambahkan air hangat. Selain jeruk nipis, bahan lain juga sering kali dimanfaatkan untuk meredakan batuk, yakni madu dan jahe. Bahan alami ini membantu mengurangi gejala batuk sehingga kondisi lebih nyaman.

"Bahan-bahan tersebut secara empiris terbukti khasiatnya untuk meredakan batuk, namun harus diperhatikan takarannya sesuai kondisi masing-masing," kata dr Avi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya