Kasus Obesitas di Indonesia Jadi Sorotan, Kini Ada Pengobatan untuk Penyembuhannya

Ilustrasi perut buncit - lemak perut.
Sumber :
  • Freepik: Anastasia Kazakova

JAKARTA – Kasus obesitas di Indonesia selama beberapa tahun belakangan cukup mengkhawatirkan. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), prevalensi obesitas pada orang dewasa naik dari 26,3 persen pada 2013 menjadi 35,4 persen pada 2018.

10 Bayi Tewas Terpanggang dalam Kebakaran Rumah Sakit di India Utara

Belakangan kasus meninggalnya pasien obesitas bernama Fajri juga cukup menyita perhatian publik. Almarhum meninggal dunia akibat syok sepsis atau kondisi yang ditandai dengan terganggunya aliran darah akibat infeksi. Scroll untuk informasi selengkapnya.

Tak hanya Fajri, beberapa kasus obesitas di Indonesia yang juga sempat menjadi perhatian luas publik adalah kasus Satia Putra di tahun 2019 asal Karawang, Jawa Barat. Di usia 7 tahun, Satia Putra, mengalami obesitas ekstrem dengan berat 97 kilogram. Bobot bocah itu kemudian berangsur naik menjadi 110 kilogram.

KORMI Dukung SDM Sumut Unggul, 60 Pegiat Induk Olahraga Terima Tali Asih

Kondisinya itu membuat Satia sempat dibawa ke RSUD Karawang. Satia direkomendasikan dirujuk ke RSHS Bandung untuk menjalani pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. Namun sayangnya, Satia menghembuskan napas terakhir pada September 2019 sekitar pukul 21.00 WIB.

Kata Shin Tae-yong Usai Timnas Indonesia Dihajar Jepang

Kasus Obesitas di Indonesia sendiri bahkan menjadi perhatian dunia, salah satunya Iseikai International General Hospital dari Holonics Group, asal Jepang. VP, Iseikai International General Hospital, Nobuyuki Tani menjelaskan bahwa pihaknya bisa melakukan sejumlah treatment untuk pasien obesitas dengan cara yang mutakhir. 

“Di Indonesia angka obesitas jadi perhatian, melihat itu, kami di Jepang punya treatment untuk penyembuhannya,” ungkap dia dalam press conference JCB Advanced Medical Tourism Program di Jakarta Pusat, Selasa 22 Agustus 2023. 

Untuk programnya sendiri pihaknya akan melakukan perubahan pola hidup keseharian pasien obesitas melalui tenaga profesional yang dimiliki pihaknya.

“Kalau obesitas ini perubahan pola hidup sehari-hari. Di Jepang juga ada profesionalis yang bertugas khusus untuk menangani pasien obesitas. Nanti profesional tersebut akan membantu meng-arrange pola perubahan hidupnya, cara olahraganya Issekai,” jelasnya lebih lanjut.

Nantinya pasien akan melakukan medical tourism di Issekai akan menjalani perawatan di salah satu ruang perawatan yang terletak di lantai 9 rumah sakit tersebut.

Ilustrasi obesitas/kegemukan.

Photo :
  • Pexels/Andres Ayrton

“Jadi ada beberapa metode offline dan online yang offline, pasien akan dirawat di ruang rawat inap. Kurang lebih satu bulan. Ada juga enggak pengen nginep bisa melalui fitur online yakni Zoom mereka akan membimbing pasien dalam merubah pola hidup mereka,” kata dia.

Treatment seperti ini, kata Nobuyuki Tani sebaiknya dideteksi sejak dini. Sehingga bisa dilakukan perawatan lebih cepat. Namun, meski pasien obesitas datang di stadium lanjut bisa tetap menjalani perawatan obesitas dengan didampingi tenaga ahli profesional.

“Bisa dilakukan di-stage manapun. Kalau dari dini sudah diketahui bisa langsung melakukan perawatan. Tapi meski sudah terjadi obesitas akan tetap dilakukan perawatan,” jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya