Deret Penyakit Berbahaya bagi Bayi, IDAI: Difteri Itu Mematikan

Ilustrasi bayi/anak/parenting.
Sumber :
  • Freepik/bristekjegor

JAKARTA – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyoroti angka kematian bayi dan anak yang kondisinya masih terus meresahkan. Bukan tanpa alasan, kasus kematian tercatat paling tinggi terjadi pada bayi sebelum atau saat di usia 30 hari pertama kehidupannya.

Bukan Susu! 1 dari 4 Balita di Jakarta dan Jawa Barat Konsumsi Kental Manis Setiap Hari, Ini Bahayanya

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat bahwa Angka Kematian Neonatal (Neonatal Mortality Rate) sebesar 9,30 di antara 1.000 kelahiran hidup di Indonesia, artinya terdapat 9–10 bayi yang meninggal sebelum umur 1 tahun. Sementara, Angka Kematian Anak Usia 1–4 Tahun (Child Mortality Rate) sebesar 2,98 artinya terdapat sekitar 3 kematian anak umur 1–4 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Lantas, apa sebenarnya penyebab kematian bayi dan anak masih terus terjadi saat ini? Scroll untuk mengetahui jawabannya.

"Jadi penyebab kematian itu banyak, salah satunya itu infeksi. Rata-rata, penyakit-penyakit yang sudah bisa dicegah dengan imunisasi," ujar konsultan kesehatan anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Bernie Endyarni Medise, SpA(K), MPH, dalam acara memperingati Hari Anak Nasional, di Jakarta.

Haru! Paula Verhoeven Izin Pamit Sementara ke Anak

Dokter spesialis tumbuh kembang anak itu menyebutkan bahwa penyakit infeksi yang mengintai anak sebenarnya dapat dicegah lebih awal dengan imunisasi. Sayangnya, sebagian orangtua tidak memprioritaskan hal itu atau mungkin lupa jadwal imunisasi anak. Padahal, pemerintah sudah menyediakan vaksin tak berbayar alias gratis.

Deretan Menu Juara, Bergizi Tinggi Kreasi Ibu Hebat untuk Cegah Stunting

"Program imunisasi itu sangat penting, kita sudah ada beberapa vaksin yang sudah tersedia, bahkan sudah gratis oleh pemerintah. Makanya, orangtua jangan sampai skip," terangnya.

Dokter Bernie menyoroti bahwa penyakit yang rentan mengintai bayi dan anak dengan memicu kematian antara lain difteri, tetanus, dan campak. Terlebih, ketiga penyakit ini awalnya menunjukkan gejala biasa namun lambat laun berisiko mengancam nyawa anak.

"Sekarang yang meningkat kasusnya difteri. Difteri itu mematikan, dia bisa menghambat saluran pernapasan, dan anak bisa meninggal," imbuhnya.

Difteri sendiri adalah penyakit menular yang dapat disebarkan melalui batuk, bersin, atau luka terbuka. Ia menegaskan bahwa orangtua harus menjalani imunisasi tersebut pada anak agar kasus difteri dapat diminimalisir dan mencegah kematian.

"Itu harus dicegah, jadi anak-anak, bayi, seringkali bisa sesuai dengan jadwal imunisasi dari Kemenkes. Insya Allah bisa membantu anak-anak dari infeksi," imbuhnya.

Ilustrasi imunisasi bayi

Photo :
  • ist

Dokter Bernie juga menyoroti penyebab lain selain penyakit infeksi yang memicu kematian pada bayi dan anak akibat kekurangan nutrisi atau malnutrisi. Pada bayi yang mengidap malnutrisi, khususnya dengan kondisi kronis, akan berdampak pada tumbuh kembangnya yang berujung pada stunting.

"Kalau di bayi-bayi kena malnutrisi kronis, ditambah penyakit kronis, itu ujung-ujungnya stunting. Itu yang harus diperhatikan," tandasnya.

Orang Tua Harus Waspada! Penyakit Pneumonia Jadi Penyebab Terbesar Kematian Pada

4 Perbedaan Pneumonia pada Anak dan Dewasa, Siapa yang Paling Berisiko Terpapar?

Dalam beberapa tahun terakhir, kasus pneumonia pada orang dewasa dilaporkan mengalami peningkatan signifikan. Pneumonia sering kali diawali dengan gejala ringan.

img_title
VIVA.co.id
28 November 2024