Bayi Pasien Ileostomi Alami Perdarahan Kepala Gegara Perawat Lalai, Kemenkes Buka Suara
- Pexels
JAKARTA – Kejadian pilu terjadi pada seorang bayi berusia 1 bulan yang dirawat di RSAB Harapan Kita Jakarta. Pasien dengan ileostomy itu harus mengalami komplikasi perdarahan di kepala yang diklaim akibat kelalaian petugas kesehatan setempat.
Ileostomy adalah operasi pembuatan lubang pada ileum (perut) untuk membuang zat sisa. Pasien ileostomi itu berinisial LAH dengan dirawat di RSAB Harapan Kita pada usia 1 bulan 12 hari. Namun, kelalaian pada perawatannya memicu kondisi fatal pada tubuh bayi tersebut sehingga Kementerian Kesehatan pun mendengar kabarnya. Scroll lebih lanjut ya.
"Sudah (mengetahui mengenai kondisi pasien)," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, kepada VIVA, Selasa 15 Agustus 2023.
Dokter Nadia belum bersedia merinci terkait kondisi terkini pasien bayi tersebut dengan alasan sedang melakukan koordinasi dengan unit terkait. Nadia menyampaikan bahwa akan segera memberikan informasi lebih lanjut terkait.
"Masih koordinasi dengan unit teknisnya," tambah Nadia.
Kabar mengenai bayi tersebut bermula dari unggahan di instagram Ahmad Sahroni. Terlihat potret bayi yang sama dengan kondisi kesehatan dan berat badan yang berbeda. Nampak, bayi tersebut segar bugar dengan warna kulit cerah dan pipi yang gembul. Namun di potret lain, bayi tersebut sudah sangat kurus dan dipasangkan selang di leher.
"Dari pihak kepala ruangan hanya meminta maaf atas kelalaian. Saya pun tidak dipertemukan suster tersebut. Apakah kondisi anak saya seperti ini, maaf, akan mengembalikan semuanya," tulis keterangan foto itu yang diduga adalah ibu pasien.
Di-slide berbeda, terlihat kronologi rinci akan ejadian pada pasien 1 bulan itu. Pasien inisial LAH tersebut didiagnosa ileostomy dan kelainan fungsi hati. Ia awalnya dirawat di RS Pelni dan dirujuk ke RSAB Harapan Kita pada 12 Juli 2023 ke poli gastro dengan kondisi masih lemas dan diare.
Pasien LAH lantas dirawat di NICU hingha 3 Agudtus 2023. Namun, kondisinya masih sama seperti saat masuk ke RSAB Harapan Kita. Bahkan, diklaim bahwa berat badannya masih naik-turun dengan tak pernah ada konsultasi dengan dokter spesialis.
"Bahkan keadaan seperti itu informasi dari suster nicu akan ada rencana pulang. Kami inisiatif hubungi dr Franciska bunjamin, dokter bedah anak di rs pelni. Dokter tersebut bantu hubungi dokter bedah di RSAB untuk lihat kondisi pasien," tulis keterangan itu.
Pasien lalu dipindah ke ruang rawat inap. Dokter gizi juga menemukan susu yang cocok sehingga diare berangasur membaik dan berat badan pasien naik. Pada 7 Agustus, susu yang harusnya dikasih dengan nama pepti junior, tanpa sepengetahuan keluarga, terganti susu neocate kembali. Alhasil berat badan pasien kembali turun dari 2.165 jadi 2.046
"7 Agustus sudah jelas leher pasien kuning. Perawat bilang segera cek darah. 9 Agustus dilakukan cek darah pada pukul 05.30 pagi. Pada jam 15.00 terlihat darah di kantong colostomy. Suster menyangkal itu adalah darah," tambahnya.
Pada pukul 6 sore, kembali terlihat cairan serupa dengan sangkalan lagi dari perawat. Selang satu jam, pasien anak itu terlihat sulit napas namun tak diberi penanganan khusus. Hingga terjadi lagi sulit napas dan perawat hanya memperbaiki posisi kepala.
"Hingga ketiga seperti kejang mata ke atas, mereka hanya diam dan tidak mengecek apapun. Sampai panggilan ke 4 jam 21.37 pasien makin sesak dan terlihat kejang, baru suster mmanggil dokter," tambahnya.
Dokter IGD melihat saturasi oksigen di angka 72 lalu membantu memasang selang oksigen. Jantungnya drop ke angka 60-88 dan pasien lalu dilarikan ke ICU.
"Dokter ruang icu bertanya sejak kapan colostomy mengeluarkan darah. Benar saja apa yang kami laporkan itu adalah darah. Sikap lalai suster di RSAB sangat disayangkan membuat anak umur 1 bulan 27 hari harus menambah apa yang sebelumnya sudah dideritanya yaitu perdarahan kepalanya dan akan segera dioperasi," tandas keterangan itu.