Hati-hati, Ibu Hamil Hirup Polusi Udara Buruk Bahaya Bagi Janin
- Freepik/user18526052
JAKARTA – Polusi udara tengah menjadi perhatian lantaran gambaran lingkungan di kota-kota besar yang nampak kian memburuk. Bahaya polusi udara tak langsung terasa, namun kerap menimbulkan bahaya dalam jangka panjang, termasuk pada janin di kandungan ibu.
Beberapa hari terakhir, polusi udara yang makin memburuk disorot oleh masyarakat lantaran lingkungan yang terlihat tak lagi asri dan nyaman ditinggali. Bagi sebagian orang dewasa, dampaknya bisa sangat terasa dari menghirup polusi udara setiap harinya dengan gejala batuk dan sesak napas.
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI) Prof Dr dr Agus Dwi Susanto, SpP(K), menegaskan bahwa menghirup polusi udara membuat partikel berbahaya masuk ke dalam saluran napas dan beredar di pembuluh darah ke seluruh tubuh. Bagi ibu hamil, partikel berbahaya dari polusi udara yang terhirup itu dapat memicu iritasi di organ bagian dalamnya.
"Komponen partikel polusi itu berpotensi terjadinya inflamasi atau peradangan kronik," ujar dokter paru sekaligus Ketua Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) itu, beberapa waktu lalu.
Dokter Agus menambahkan bahwa janin yang masih dalam proses tumbuh dan berkembang, membutuhkan asupan darah yang banyak dari sang ibu. Namun, partikel dari polusi udara tersebut bisa menghambat peredaran darah karena rentan terjadi iritasi dan penyempitan pembuluh darah ke janin.
"Kalau pembuluh darah ini terjadi penyempitan, termasuk pembuluh darah ke arah janin sedang dikandung yaitu plasenta," tambahnya.
Saat penyempitan pembuluh darah, plasenta yang seharusnya mengirim pasokan makanan dan oksigen dari ibu ke janin, dapat terhambat. Akibatnya, kadar oksigen lebih rendah yang membuat janin mengalami kekurangan nutrisi dalam jangka panjang.
Imbas dari kekurangan oksigen itu, kata dokter Agus, dapat membuat perkembangan janin tidak tumbuh dengan maksimal. Risiko stunting pada janin pun bisa terjadi bila polusi udara terhirup dalam kurun waktu yang lama. Dampaknya pun terlihat saat janin lahur dengan kondisi berat bayi lahir rendah serta tubuh yang pendek dan perkembangan otak terganggu.
"Oleh karena ibu hamil berisiko alami terjadi pertumbuhan janin yang terhambat (PJT), sehingga nanti berat lebih ringan, atau lebih pendek, maka risiko stunting itu bisa," tandasnya.