Kualitas Udara di Jakarta Terburuk Nomor 1 di Dunia, Seberapa Bahaya Polusi Ganggu Kesehatan Tubuh?
- VIVA
JAKARTA –  Kualitas udara di wilayah Indonesia selama beberapa pekan belakangan ini terus menjadi sorotan. Bahkan terbaru pada Kamis kemarin dalam sebuah laporan menyebutkan kualitas udara di Serpong Tangerang Selatan setara denan menghisap 112 batang rokok selama sebulan.
Dalam laporan, diketahui Serpong menjadi kota dengan kualitas udara terburuk dengan polutan PM 2.5 di angka 80 mikrogram per meter kubik.
Berdasarkan makalah yan diterbitkan Berkeley Earth di 2025 PM 2.5 sebesar 80 mikrogram per meter kubik setara dengan menghisap 112 batang. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Sementara itu kualitas udara Jakarta pada Kamis kemarin masuk dalam kategori tidak sehat. Berdasarkan Air Quality Index (AQI) Jakarta mencatat kualitas udara Jakarta berada di angka 156 dan menduduki posisi pertama sebagai kota udara terkotor di dunia.
Angka ini diketahui melebihi ambang batas aman dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Lantas seberapa bahaya polusi udara belakangan ini untuk kesehatan tubuh terutama paru-paru?
Terkait hal itu, spesialis paru dan pernafasan konsultan paru kerja dan lingkungan, RS Pondok Indah-Bintaro Jaya, Dr.dr. Feni Fitriani Taufik, Sp.PKR, Sibps.PKL, M.PD.Ked angkat bicara.
Dirinya menjelaskan bahwa tubuh manusia sebenarnya tidak diciptakan untuk dimasuki oleh bahan berbahaya termasuk rokok, polusi udara.
Untuk polusi udara yang terjadi belakangan ini kata dia memang sulit untuk dihindari karena hampir 90 persen negara di dunia ini berada pada kondisi udara yang tidak ideal termasuk Indonesia.
"Fenomena saat ini di Jakarta, Tangerang ternyata kadar polusi udara makin meningkat melebihi nilai ambang batas. WHO sudah menentapkan ambang batas aman untuk kesehatan kita. Air Quality Indeks lebih dari 150 itu sudah sangat berbahaya untuk semua orang. Kadar partikulet molekulnya sudah lebih dari 50 karena sudah melewati nilai ambang batas akan menjadi bahaya untuk semua orang," kata dia dalam virtual exclusive interview, Jumat 11 Agustus 2023.
Terkait sejauh mana bahaya atau tidaknya polutan yang masuk ke dalam tubuh. Feni menjelaskan bahwa dalam komponen polusi udara terdapat gas dan partikel yang tentu membahayakan bagi tubuh.Â
"Seberapa bahaya melihat empat jenis, konsenterasinya, lamanya, dan kondisi individu. Bahan polusi udara ada gas yang bersifat iritasi saluran nafas makanya kalau keluar mata perih, hidung berair, tenggorokan sakit, itu gas yang bersifat iritasi," kata dia.
Selain itu, Feni menjelaskan bahwa dalam komponen polusi udara terdapat gas yang berisfat asfiksi yang dapat menyebabkan orang menjadi sesak, yakni karbon dioksida (CO).Â
"Belum lagi partikel yang paling disorot particular meter yang ukurannya sangat kecil dan bisa masuk sampai ke dalam paru bahkan masuk ke tubuh ke aliran darah yang itulah kalau dikaji lebih lebih lanjut bisa mempengaruhi ke otak, sistem imun, dan ke kardiovaskular sistem jantung," kata dia.
Dia menambahkan,"seberapa pengaruh bahaya itu dipeharuhi oleh jenis bahan polutan, gas, partikelnya, konsentrasinya. Sekarang makin tinggi, tentu konsentrasinya makin besar. Berapa lama orang itu terpapar polusi udara ibaratnya makin lama berada di polusi udara tentu makin banyak pengaruhnya ke kesehatan makin besar," kata dia.