PWI Jaya Ikut Bicara soal Label BPA

Ilustrasi galon.
Sumber :
  • Pixabay

JAKARTA – Ketua PWI Jaya, Sayid Iskandarsyah, menyatakan dalam dua tahun terakhir berita yang beredar banyak membahas mengenai pentingnya konsumsi makanan dan minuman sehat. Fenomena ini merupakan refleksi dari kepedulian masyarakat terhadap kualitas konsumsi yang menyangkut hajat hidup orang banyak. 

Sempat Diprotes Gegara Review Produk Overclaim, Begini Cara Tasya Farasya Antisipasi Kesalahannya

Kepekaan publik terhadap isu makanan dan obat-obatan, seperti pada kasus etilen glikol baru-baru ini, membuat masyarakat menjadi lebih waspada. Hal ini mempercepat penyelesaian masalah yang muncul. Scroll lebih lanjut ya.

Berkaitan dengan pandangan Ketua BPOM Pusat, Penny K Lukito, Sayid menekankan pentingnya pencegahan daripada tindakan setelah terjadi masalah. Sebagai contoh, langkah labelisasi pada galon guna ulang, yang didasarkan pada kajian ilmiah baik dari dalam maupun luar negeri, dinilainya sebagai langkah yang tepat.

PNM dan BPOM Ungkap Cara UMKM Pangan Naik Kelas

"Menurut saya, hal menyangkut makanan, minuman dan obat obatan harus hati hati. Lebih baik mencegah dari pada menunggu sampai ada korban baru bertindak. Jika upaya labelisasi itu tujuannya untuk mencegah terjadinya korban itu sangat baik," ungkap Ketua PWI Jaya, Sayid Iskandarsyah saat ditemui di kantornya, baru-baru ini.

BPOM Targetkan WHO Maturity Level 4 untuk Tingkatkan Kualitas Pengawasan Kesehatan Masyarakat

Sayid mengungkapkan bahwa BPOM tentunya tidak bekerja sendirian. Informasi yang didapat menunjukkan dukungan dari peneliti universitas negeri di Indonesia untuk langkah pelabelan tersebut. 

Masyarakat, lanjut Sayid, cenderung mendukung tindakan konkrit BPOM untuk pelabelan, yang telah melalui serangkaian kajian dan seminar yang melibatkan berbagai pihak terkait.

Ketua PWI Jaya, Sayid Iskandarsyah

Photo :
  • dok pri

Mengenai BPA, Sayid menambahkan bahwa riset kesehatan internasional, kajian ahli di Indonesia, dan informasi lainnya sudah banyak menyampaikan bahaya BPA. 

"Jangan sampai menunggu ada korban. BPOM sudah tepat melakukan tindakan preventif, agar tidak sampai jatuh korban, " ujarnya.

Sayid juga menyoroti pelabelan pada galon guna ulang bukanlah hal yang mudah. Meski demikian, dia menegaskan bahwa langkah BPOM telah sesuai dan tidak mengganggu industri.

Dia juga menggarisbawahi di luar negeri, banyak kemasan yang sudah bebas BPA, seperti yang diterapkan oleh produsen AMDK Danone di Perancis. Negara-negara maju lain pun telah menerapkan larangan atau pelabelan terhadap penggunaan BPA.

Selain itu, Sayid menekankan bahaya yang ditimbulkan oleh BPA, termasuk gangguan sistem reproduksi, kardiovaskular, dan lainnya. Dia menyerukan agar BPOM lebih proaktif dalam melindungi generasi penerus bangsa dengan menyempurnakan peraturan terkait penggunaan kemasan plastik BPA.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya