Waduh! Polusi Hebat di Jakarta, Bisa Tingkatkan Risiko Kemandulan Wanita
- Ist
JAKARTA – Kualitas udara di Jakarta beberapa hari belakangan ini tengah menjadi perhatian serius publik. Bahkan Selasa 8 Agustus Jakarta dinyatakan sebagai kota besar paling berpolusi.
Peringkat dirilis IQAir dengan indeks kualitas udara Jakarta terukur mencapai 164 secara akumulatif. Konsentrasi partikel debu halus atau PM2,5 mencapai 16,5 kali lebih tinggi daripada standar rekomendasi WHO.
Bahkan ramai di media sosial, banyak dari mereka yang mengeluhkan beberapa ketidaknyamanan di tenggorokan mereka hingga hidung. Seperti diketahui, tingkat polusi udara yang tinggi dapat mempengaruhui kesehatan masyarakat setempat terutama terkait masalah ISPA.
Namun tidak hanya itu saja, polusi udara juga bisa meningkatkan risiko kemandulan, demikian laporan studi yang dilakukan di China. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Melansir laman The Guardian, analisis terhadap 18 ribu pasangan di China menemukan bahwa paparan tingkat polusi partikel yang cukup tinggi dapat meningkatkan risiko infertilitas 20 persen lebih besar.
Lebih lanjut, para peneliti menemukan bahwa wanita yang terpapar polusi partikel kecil 10 mikrogram per meter kubik lebih tinggi selama setahun memiliki risiko infertilitas 20 persen lebih besar. Tingkat polusi rata-rata untuk pasangan China adalah 57µg/m3.
Sementara itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa proporsi wanita yang tidak hamil setelah 12 bulan mencoba meningkat dari 15 persen menjadi 26 persen jika membandingkan kuartal yang terpapar polusi terendah dengan kuartal yang menderita polusi tertinggi.
Para peneliti memperhitungkan faktor-faktor lain termasuk usia, berat badan, pendapatan, merokok, minum alkohol, dan tingkat olahraga.
Sedangkan studi lain terhadap 600 wanita yang datang ke klinik infertilitas AS menemukan bahwa peningkatan paparan polusi udara dikaitkan dengan jumlah sel telur yang matang di ovarium.
Infertilitas mempengaruhi jutaan pasangan di seluruh dunia tetapi relatif sedikit penelitian yang telah dilakukan mengenai dampak polusi udara terhadap infertilitas. Namun, udara kotor diketahui dapat meningkatkan risiko aspek reproduksi lainnya, termasuk kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah.
Tingkat umum nitrogen dioksida sama buruknya dengan merokok dalam meningkatkan risiko keguguran dan partikel polusi telah ditemukan di sisi janin plasenta.
Qin Li, di Pusat Pengobatan Reproduksi di Rumah Sakit Ketiga Universitas Peking di China, yang memimpin penelitian infertilitas, mengatakan calon orang tua harus peduli dengan polusi udara.
Banyak penelitian telah mencatat bahwa polusi udara dikaitkan dengan masalah infertilitas.
"(Penelitian kami) menunjukkan bahwa polusi partikel kecil bisa menjadi faktor risiko ketidaksuburan yang tidak dapat diabaikan," kata dia.
Studi sebelumnya telah menghasilkan penemuan yang beragam tetapi didasarkan pada kelompok orang yang mengecualikan pasangan tidak subur atau dilakukan di klinik infertilitas, Li mengatakan bahwa sampel penelitian mereka direkrut dari populasi umum, sehingga temuan mereka mungkin lebih dapat digeneralisasikan.
Sementara itu, Tom Clemens, dari University of Edinburgh, Inggris mengungkap tingkat polusi di China relatif tinggi, katanya, tetapi efek berbahaya telah dilaporkan pada reproduksi pada tingkat yang jauh lebih rendah.
"Jadi jelas kualitas udara yang buruk berdampak pada sistem reproduksi secara umum," katanya.