Hati-Hati, Punya Tahi Lalat Bisa Jadi Tanda Kanker Kulit
- U-Report
JAKARTA – Tahi lalat merupakan bintik kecil berwarna coklat atau kehitaman di atas permukaan kulit. Setidaknya setiap orang memiliki sekitar 10 hingga 40 tahi lalat di tubuhnya.
Meski umumnya bukan hal yang berbahaya. Namun sebagian kecil tahi lalat bisa berbahaya dan menjadi kanker kulit. Bagaimana bisa? Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Spesialis bedah onkologi yang juga Sekjen Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia / PERABOI, Dr. M. Yadi Permana, SpB (K) Onk menjelaskan bahwa kelainan kulit terutama pada bagian wajah seperti tahi lalat yang membesar dan mudah berdarah hingga disertai gatal atau nyeri bisa menjadi tanda seseorang mengalami kanker kulit.
"Kemudian kadang-kadang tahi lalatnya di beberapa tempat mudah berdarah jadi kesenggol sedikit gampang berdarah. Itu harus hati-hati itu kemungkinan ke arah kanker, disertai rasa gatal yang berlebihan. Hal seperti itu gejala pasien harus datang ke dokter untuk lebih diperiksa lebih lanjut," kata dia dalam virtual conference, Selasa 1 Agustus 2023.
Namun Yadi mengungkap, bahwa tidak ada patokan bermakna untuk perkembangan dari tahi lalat menjadi kanker kulit.
"Kalau dikatakan berapa tahun tahi lalat berubah menjadi kanker kulit tidak ada patokan bermakna untuk berkembang menjadi ganas atau tidak," jelasnya.
Namun demikian, Yadi meminta masyarakat untuk memerhatikan perubahan dan sifat tahi lalat itu sendiri.
"Apabila tahi lalat itu kita lihat makin besarnya itu perlahan. Kemudian diperhatikan tahi lalat itu batasnya tegas dalam artian kita bisa bedakan tahi lalat dengan jaringan sekitarnya. Jadi tidak ada batas yang tidak tegas atau tidak terartur atau iregueler itu yang harus kita perhatikan," jelas dia.
Angka Kasus Kanker Kulit Cukup Rendah, Penyembuhan Lebih Tinggi?
Sementara itu, Yadi menjelaskan bahwa prevalensi kanker kulit di Indonesia memang jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan kanker payudara, kanker paru, kolektoral, dan prostat yakni sebesar kurang dari 1,2 persen.
"Meski tidak banyak karena tidak menggangu. Contohnya disangka sebagai tahi lalat, tapi ternyata itu bisa jadi kanker kulit. Kanker kulit tidak beri gejala, misalnya berupa lesi 1-2 cm mereka tidak ke dokter. Jadi itu buat bias angka kejadiannya," jelas dia.
Sementara itu, Yadi juga mengungkap bahwa angka kesembuhan kanker kulit cukup tinggi. Namun khusus untuk kanker tipe melanoma lebih rendah dibanding pasien non melanoma.
"Kanker kulit ini angka kesembuhannya cukup tinggi dibanding dengan kanker yang lain. Tetapi khusus untuk melanoma maligna memang angka kesembuhannya jauh lebih rendah ketimbang kanker yang non melanoma. Risiko kematian akibat kanker kulit non melanoma 1,48 persen. Kalau melanoma yang sudah terdiagnosis bisa mencapai 20 persen angka kematian, tapi untungnya presentase melanoma ini hanya 45 persen dibanding 90-95 persen non melanoma," kata dia menjelaskan.