Polusi Udara Jakarta Sangat Buruk Jadi Biang Kerok Penuaan Dini Hingga Kanker Kulit

Ilustrasi wanita/kulit wajah.
Sumber :
  • Freepik/freepik

JAKARTA – Kualitas udara di DKI Jakarta sedang sangat buruk dengan terpantau dari catatan di laman IQ Air. Berdasarkan catatan bahwa kualitas udara di ibu kota termasuk zona merah pada Jumat, 28 Juli 2023 pukul 15.15 WIB sore sehingga membahayakan masyarakat.

Ingin Tampil Cantik? 5 Tempat Ini Bisa Jadi Pilihanmu

Zona merah itu berarti sebagai tanda bahwa level udara tersebut sudah tidak sehat dengan air quality index (AQI) 105. Konsentrasi PM 2.5 di Jakarta juga ternilai jauh di atas pedoman dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).

"Konsentrasi PM 2.5 di Jakarta saat ini 7.4 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO," demikian penjelasan IQ Air.

Tips Efektif Merawat Kulit di Tengah Kelembapan Tinggi Indonesia

Kondisi udara di Jakarta yang penuh polusi. (Ilustrasi)

Photo :
  • VIVAnews/ M Ali Wafa

Bahaya dari kualitas udara yang memburuk dan terpapar pada masyarakat luas lantaran dapat memicu dampak buruk pada kulit. Salah satunya, dampak kanker kulit yang mendapat pajanan polusi udara terus menerus dalam jumlah banyak.

Skin Barrier Rusak ? Ini Dia Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

"Paparan polusi yang berkepanjangan pada tingkat tinggi dapat menimbulkan efek negatif pada kulit. Jika dijelaskan satu per satu, paparan radiasi ultraviolet dapat memengaruhi penuaan kulit ekstrinsik dan kanker kulit," jelas dokter spesialis kulit DR Dr Dhelya Widasmara SpKK (K) FINSDV, FAADV, dalam webinar bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Jumat 28 Juli 2023.

Wakil Ketua Bidang Media Sosial dan Edukasi Masyarakat PB IDI ini juga menjelaskan bahwa pajanan polusi udara bisa timbul dari asap rokok yang dapat berkontribusi ada peningkatan risiko penuaan dini dan psoriasis, jerawat, kanker kulit, serta masalah kulit ain seperti eksim dan dermatitis atopik.

"Senyawa organik yang mudah menguap lainnya juga dikaitkan dengan peningkatan risiko dermatitis atopik," imbuhnya.

Hidrokarbon polyaromatik, yang juga umum ditemui pada polusi udara, juga memiliki pengaruh terhadap penuaan kulit ekstrinsik, pigmentasi, kanker, dan erupsi akneiformis. Dampak penuaan dini sendiri pada dasarnya terbentuk lantaran senyawa radikal bebas yang menghambat pembentukan kolagen.

"Kolagen kan perkuat struktur kulit, bisa pertahankan air untuk hidrasi kulit. Ketika radikal bebas banyak, kolagen kalah power jadi lebih cepat aging," terangnya.

Ilustrasi wanita/marah/stres.

Photo :
  • Freepik/wayhomestudio

Radikal bebas tersebut terpapar terus menerus ke kulit sehingga mengikat kolagen yang ada. Akibatnya, dapat menghambat atau mengurangi produksi kolagen sehingga kulit hanya sedikit memilikinya. Otomatis, kulit pun tak lagi kencang karena produksi kolagen sangat minim.

"Masuk ke pori-pori wajah ni polusinya itu dan menangkap rantai-rantai kolagen, jadi nggak berproduksi lagi. Otomatis, kulit jadi berkerut tidak bisa kencang lagi," imbuhnya.

Terlebih, produksi kolagen juga sudah sangat menurun saat memasuki usia 30 tahun. Maka dari itu, penting untuk menjaga kesehatan kulit bukan hanya perkara kerutan atau pun hiperpigmentasi, tapi juga dari kanker kulit melalui pemakaian tabir surya yang tepat.

"Anti ageing paling murah sebenarnya sunscreen karena mulai usia muda perlambat penuaan kita. Bahaya ini muncul bila kulit tidak terawat. Seperti kita tiap hari bersihkan rumah, masa kulit tidak dirawat setiap hari," tandasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya