Soal Kasus Bullying di Lingkungan Dokter, Pakar: Jumlahnya Semakin Meningkat

Ilustrasi dokter/rumah sakit.
Sumber :
  • Freepik

JAKARTA – Kasus bullying atau perundungan tidak hanya terjadi di masyarakat umum saja, tapi juga di lingkungan kedokteran. Hal itu terungkap di media sosial mengenai tindak kekerasan yang dilakukan oleh dokter senior kepada dokter peserta pendidikan kedokteran spesialis di salah satu rumah sakit Kemenkes.

Dokter Sonia Wibisono Ungkap Cara Menurunkan Berat Badan Sehat Tanpa Rasa Lapar Berlebihan

Ketua Junior Doctors Network (JDN) Indonesia, Dr Tommy Dharmawan, SpBTKV, PhD, mengatakan, meski bersifat kasuistik, jumlah kasus bullying terus mengalami peningkatan. Scroll untuk informasi selengkapnya.

"Kasus bullying terjadi walaupun kasuistik tetapi jumlahnya semakin meningkat, semakin banyak. Tapi perlu definisi yang jelas dan cerdas untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang masuk kategori bullying," ujarnya saat Media Group Interview, yang digelar online, Sabtu 22 Juli 2023. 

Richard Lee Vs Doktif Ribut, Deddy Corbuzier Singgung Sumpah Dokter: Buat Memperkaya Diri?

Namun, Tommy mengatakan, perundungan yang terjadi harus ditelusuri apakah benar-benar termasuk tindakan bullying atau tugas akademik, yang notabene memang harus dikerjakan.

Warganya Ditangkap Usai Tabrak Kerumunan Pasar Natal di Jerman, Begini Respons Arab Saudi

"Walaupun dalam keputusan Menteri Kesehatan sudah ada beberapa definisi, tapi saya kira harus jelas, kenapa? Karena dalam institusi pendidikan tentu saja ada beberapa tugas akademik, tugas pelayanan kesehatan," katanya.

"Misalnya memberikan makanan untuk senior, itu saya dengar memang (bullying). Tetapi, ketika disuruh untuk bangun pagi melakukan tugas mencatat pasien jam 5 pagi, itu kan masuknya ke kompetensi akademik, pelayanan kesehatan pada pasien. Jadi memang definisinya harus jelas," sambung dia. 

Menurutnya, kasus perundungan adalah isu yang sangat kompleks. Maka dari itu, JDN akan membuat forum komunikasi agar para korban bullying bisa bersuara. 

"Kami coba advokasi ke sana dulu, lalu kita akan buatkan hotline untuk pengaduan bullying. Kami mencoba berkoordinasi dengan Menteri Kesehatan, walaupun saat ini ranahnya masih antara DIKTI dan Menteri kesehatan," tuturnya. 

Namun menurut Tommy, terkadang ada juga orang yang salah mengartikan bentuk bullying ini. 

Ilustrasi pelecehan seksual pada pria/kekerasan.

Photo :
  • Pexels/RODNAE Productions

"Kita juga harus mencoba jujur. Kadang-kadang ada beberapa hal yang tidak termasuk bullying tetapi di-blowup diviralkan. Saya kira itu harus jelas, apa yang terjadi di masyarakat, diungkap secara jelas terjadinya masalah tersebut," pungkasnya.

Tommy mengungkap, beberapa kasus bullying sudah terjadi di masa lalu. Salah satunya contohnya, korban tidak mendapatkan gaji yang layak sebagai seorang dokter. 

"Beberapa masalah bullying itu terjadi dulu, mereka sudah menjadi dokter, bekerja di rumah sakit, tetapi mereka tidak mendapatkan gaji yang layak sebagai seorang manusia. Mereka di rentang usia 26-35, saat di mana mereka sudah berkeluarga, punya anak, istri, tapi bagaimana gajinya dapat menafkahi keluarganya. Itu salah satu hulu daripada bullying ini, kalau ditilik ke belakang," tukasnya.

"Selain itu, karakteristik dari pendidikan dokter mungkin agak mirip dengan kepangkatan, saya kira harus dibenahi ke depannya," imbuh Dr. Tommy Dharmawan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya