Anak Sulit Makan Hingga Alami Stunting, Waspada Penyakit Jantung Bawaan

Ilustrasi anak tidak mau makan.
Sumber :
  • Ist.

JAKARTA – Anak yang mengalami kesulitan makan patut dicurigai memiliki kelainan pada jantungnya. Kendati begitu, seringnya orangtua tak memahami kondisi ini hingga akhirnya kesehatan si kecil justru sudah sulit diatasi hingga membahayakan nyawanya.

Viral! Gegara Hobi Makan Seblak, Wanita Ini Harus Masuk RS dan Opname

Tim Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, dr. Sisca Natalia Siagian, SpJP(K), Dokter Spesialis Jantung RSJPDHK, mengatakan bahwa Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan kelainan yang paling banyak ditemukan pada bayi baru lahir. PJB sendiri kerap diidentifikasi sebagai salah satu penyebab kematian tersering pada satu tahun pertama kehidupan. Scroll untuk info selengkapnya.

"Dari awal sudah terdiagnosis dari penyakit yang ada (pada anak dengan PJB), paling banyak dengan kondisi gagal jantung pada anak," ujar dokter Sisca dalam konferensi pers 'Pengabdian Dokter Jantung dan Pembuluh Darah Indonesia untuk Morotai, Dari Deteksi Dini Penyakit Kardiovaskular Sampai Pencegahan Stunting', di Jakarta, Senin 17 Juli 2023.

Mengapa Pemahaman Al-Quran Adalah Investasi Terbaik untuk Anak?

Pada anak dengan PJB, gejala yang kerap terlihat meliputi sesak napas hingga tubuh membiru. Akan tetapi, sebagian anak dengan PJB justru tak memiliki gejala hingga kondisi tubuhnya berdampak fatal. Namun sebenarnya, gejala anak dengan PJB nyaris serupa seperti anak-anak yang sulit makan pada umumnya.

Empowering Communities and Technology to End Stunting in Indonesia

"PJB pada anak tubuhnya tidak biru karena bisa tanpa gejala. Seperti Berat badan dan tinggi badan sulit naik. Salah satu keluhan yang paling sering dikeluhkan itu anaknya sulit naik (berat dan tinggi)," jelasnya lagi.

Pada anak yang tidak mengalami kenaikan berat dan tinggi badan tersebut, akan dipantau dalam waktu tertentu sembari diberi penanganan berupa nutrisi, obat hingga operasi. Akan tetapi, satu hal yang cukup sulit terlihat di mana anak akan mulai nafsu makan ketika sudah dilakukan penanganan untuk jantungnya yang berarti berat dan tinggi badannya sangat terkait dari asupan nutrisi yang sulit diserap akibat mengalami PJB.

"Kadang nggak gampang untuk minta dia makan kondisinya aja udah sesak napas sendiri. Untuk masukan makanan ke mulut butuh usaha lebih. Ketertarikan pada makanan juga kurang," jelasnya.

Saat anak mengalami keterlambatan perkembangan, bahaya stunting pun mengintai. Anak yang mengalami stunting akan mengalami kondisi penurunan kecerdasan secara bertahap hingga tak mampu menjalani aktivitas seperti anak pada umumnya. Maka dari itu, kondisi stunting ini dapat dicegah dengan melakukan skrining mengenai kelainan jantung anak dan segera memberikan penanganan tepat.

"Pada stunting akibat PJB itu jelas, diharapkan dengan konteks PJB yang ditangani, bisa diperbaikan stunting. Banyak dilaporkan anak-anal secara klinis kita ketemu pasien post operasi PJB, tiba-tiba berat badan bertambah," tegasnya.

Ilustrasi stunting

Photo :
  • Direktorat P2PTM Kemenkes

Penanganan PJB sendiri, kata dokter Sisca, harus saling berkesinambungan dengan dokter spesialis lainnya seperti dokter anak dan gizi. Menurutnya, penanganan yang tepat akan membawa anak semakin baik dengan kondisi jantung yang normal dan bisa diperbaiki sejak dini sehingga tak berdampak pada tumbuh kembangnya di masa mendatang.

"Pasien PJB itu butuh energi lebih, dia ada ekspenditer energi dibanding orang normal, itu sebabnya gizinya kepake untuk penyakit tersebut. Asupan kurang atau banyak yang berkurang, berat badan rendah, yang kalau kronis, lama-lama jadi tinggi badan ikut menurun. Maka, kondisi ini harus juga dilakukan penanganan dari ahli gizi dan spesialis anak," tandasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya