Marak Kasus Obesitas, Awas Rentan Diintai Hipertensi
- vstory
JAKARTA – Belakangan ini ramai kasus obesitas bermunculan dengan bobot tubuh yang lebih dari 200 kilogram hingga membuatnya viral di media sosial. Sisi gelap dari obesitas itu pun kian meluap kala salah satu pasien meninggal dunia akibat komplikasi berbagai penyakit, termasuk bahaya hipertensi yang mengintai individu dengan berat badan berlebihan.
Mendiang pasien MF yang berasal dari Tangerang sempat dirawat di RS Cipto Mangunkusumo, namun nyawanya tetap tak tertolong. Bobotnya yang mencapai 300 kilogram membuat MF mengalami banyak komplikasi penyakit yang mengintai. Rupanya, salah satu komplikasi yang rentan diidap pasien obesitas adalah hipertensi. Scroll lebih lanjut ya.
Dituturkan dokter spesialis jantung dr. Bambang Widyantoro SpJP(K) bahwa obesitas dan hipertensi saling berkaitan. Sebab, pasien dengan kelebihan berat badan menjadi lebih rentan dengan pembuluh darah yang kaku sehingga mencetuskan kondisi hipertensi.
"Obesitas atau berat badan berlebihan faktornya dengan hipertensi adalah kerusakan sel endotel di pembuluh darah jantung," ujarnya dalam acara konferensi pers 'Pengabdian Dokter Jantung dan Pembuluh Darah Indonesia untuk Morotai, Dari Deteksi Dini Penyakit Kardiovaskular Sampai Pencegahan Stunting', di Jakarta, Senin 17 Juli 2023.
Sel endotel tersebut berperan besar dalam memompa aliran darah ke seluruh tubuh dari jantung. Darah tersebut lah yang membawa oksigen agar tubuh tetap mendapatkan kebutuhan yang tercukupi. Ketika kebutuhan oksigen berkurang, maka pembuluh darah akan menjadi kaku.
"Itu untuk pompa darah sehingga darah yang bawa oksigen dialirkan ke seluruh tubuh. Obesitas itu kan terjadi kerusakan sel endotel itu yang membuat pembuluh darahnya itu relatif lebih kaku dan lebih mudah untuk alami yang kita sebut dengan kekakuan. Itu akan tingkatkan risiko menjadikan orang-orang obesitas dengan tensi meningkat," jelasnya.
Dokter Bambang menyarankan  salah satu penanganan utama untuk menjaga tubuh tetap sehat adalah dengan pola hidup baik. Tentu, asupan makanan yang baik juga harus turut dilakukan agar tidak memicu berat badan berlebihan hingga berdampak pada risiko sakit lainnya.
Senada, Ketua Pelaksana Pengabdian Masyarakat dan Riset Kardiovaskular Kabupaten Pulau Morotai, dr. Ade Meidian Ambari, SpJP, FIHA, menjelaskan, hipertensi di Indonesia terjadi akibat pola makan yang kurang baik pada sebagian masyarakatnya. Gemarnya makanan gurih memicu pemakaian garam dan santan sebagai sumber natrium serta lemak jenuh berlebihan.
"Tipikal kita itu makan garam dan santan kental. Makanya, kurangi makanan yang mengandung lemak jenuh. Minyak itu kolesterolnya nol, setelah digoreng baru lemak jenuh tinggi, olahraga penting. 20 persen hipertensi karena genetik, sisanya lingkungan yang bisa kita hindari," katanya.