Waspada, Air Tercemar Bisa Menyebabkan Penyakit Parkinson
- Pexels/Lisa Fotios
JAKARTA – Kualitas air yang tercemar, nyatanya mampu memicu sejumlah penyakit, salah satunya Parkinson. Penyakit yang bisa disebut juga tanda penuaan itu, ternyata saat ini tidak hanya menyerang orang dengan usia lanjut, namun juga bisa menyerang usia produktif sesuai dengan faktor atau penyebabnya.
Secara medis, Parkinson adalah gangguan neurologis yang umum terjadi pada populasi usia lanjut, dengan keluhan utama seperti gerakan melambat, gemetar atau tremor, dan kekakuan pada sendi atau rigiditas. Scroll untuk info selengkapnya.
Parkinson ini merupakan salah satu penyakit yang berbahaya karena menyerang sistem saraf dan mengganggu kemampuan tubuh dalam mengontrol gerakan dan keseimbangan.
Pada kasus ini, ternyata ada sejumlah faktor penyebab seseorang terkena penyakit Parkinson, mulai dari genetik, hingga paparan pestisida, atau logam dari kualitas air yang tercemar.
Dokter Spesialis Saraf, Dr. dr. Rocksy Fransisca, Sp. N mengatakan, saat ini kasus Parkinson telah menyerang pasien termuda dengan usia 18 tahun. Di mana berdasarkan riwayat, pasien terpapar pestisida melalui tempatnya bekerja.
"Banyak sekali faktor penyebab penyakit parkinson ini, seperti pasien yang termuda usia 18 tahun sudah terkena parkinson, karena paparan pestisida. Lalu, bukan hanya itu saja faktornya, ada juga karena paparan logam dari kuakitas air yang tercemar, cedera kepala hingga genetik," katanya di Tangerang, Rabu, 12 Juli 2023.
Parkinson sendiri memiliki gejala umum yang bisa diketahui, seperti kaku tangan kanan, atau tremor tangan kiri, kemudian kesulitan berjalan dan mudah jatuh, kesulitan untuk makan hingga susah menelan.
Hal ini menyebabkan pasien pun secara fisik akan bergerak layaknya robot, bahkan dalam beberapa kasus, ada beberapa pasien yang terkadang bergerak secara berlebihan tanpa bisa dikendalikan.
"Biasanya, penyakit ini menyerang orang-orang dengan usia 60 ke atas, tapi sekarang yang muda-muda juga bisa terkena penyakit ini. Makanya harus bisa dicegah dengan cara pengobatan atau operasi DBS (Deep Brain Stimulation)," ujarnya.
Untuk operasi DBS ini, merupakan cara ampuh agar pasien bisa kembali beraktivitas normal, tanpa harus banyak mengonsumsi obat. Pada operasi ini, pasien akan dipasang alat di dalam tubuhnya yang akan distimulasikan ke saraf di dalam otak.
"Prosedur DBS ini jadi salah satu alternatif para penderita Parkinson, karena bekerja memberikan stimulus ke otak yang terlibat untuk mengatur gerakan tubuh," jelasnya.
Dokter Spesialis Beda Saraf, Dr. dr. Made Agus, Sp.BS mengatakan, pada proses pemasangan DBS ini, nyatanya tidak semua bisa dilakukan oleh pasien Parkinson, hal ini karena prosedur dalam pemasangan, pasien harus murni mengalami Parkinson, tidak ada pemicu seperti stroke atau hipertensi hingga pikun.
"Harus parkinson murni, kalau pasien mengalami parkinson karena stroke, lalu hipertensi sampai dengan pikun, itu tidak bisa, paling kami sarankan minum obat. Karena parkinson dengan metode pengobatan DBS ini, akan menghubungkan sistem atau alat pengontrol dengan saraf di otak, ada titik tertentu yang harus tepat, agar pengobatannya berjalan lancar," katanya.
Prosedur pengobatan dengan DBS ini pun hanya memakan waktu operasi selama tiga jam, dengan proses recovery selama lima sampai tujuh hari. Di sana, bila pasien telah siap, maka alat yang terpasang dalam tubuh langsung dihidupkan dan mampu membuat pasien beraktivitas secara normal.
"Setelah operasi, kita cek kondisi pasien selama 5 sampai 7 hari, kalau luka sudah kering, dan pasien dalam kondisi siap. Maka, alat akan kita hidupkan, dan pasien bisa beraktivitas kembali," ungkapnya.