Ahli: Duduk-duduk Sambil Minum Kopi Bisa Picu Obesitas
- Pexels/Andres Ayrton
JAKARTA – Mengonsumsi mi instan kerap jadi pilihan paling mudah dengan harga terjangkau hingga perut kenyang. Tak sedikit yang menjalani pola makan mi instan dengan porsi besar disertai tambahan makanan pendamping lainnya dengan dalih rasa kenyang, namun justru kebiasaan ini memicu bahaya obesitas.
Dokter spesialis penyakit dalam, Dr. dr. Em Yunir, Sp.PD-KEMD menjelaskan bahwa kebiasaan makan mi instan sendiri sudah tercatat mencakup 420 kalori, dengan tambahan telur maka totalnya menjadi 496 kalori. Padahal, asupan kalori yang dibutuhkan dalam sehari hanya sebesar 1700-2000 kalori. Yuk, scroll untuk info selengkapnya.
"Seporsi nasi aja sudah 175 kalori, tambah mi telor jadi udah 700 kalori lebih. Kebutuhan itu sudah 50 persen untuk total kalori sehari. Apalagi makan pas malem mau tidur. Sehari-hari aja udah berapa banyak kelebihan kalori yang dimakan ya," ujarnya dalam webinar bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Senin 10 Juli 2023.
Dokter Em Yunir mengatakan bahwa penting untuk mengenali sumber makanan yang tinggi kalori seperti burger yang juga junk food, mengandung 540 kalori. Makanan sederhana lainnya yang juga memiliki tinggi kalori seperti tempe goreng tepung sebesar 140 kalori per potongnya.
"Makanan kalori tinggi itu semua mengandung gula, tepung, digoreng. Soft drink dan kopi (pakai gula) juga, kebutuhan kita cuma 1700, dari minuman saja udah 2000 kalori. Risiko terjadi penumpukan kalori jadi lemak," tegasnya.
Untuk minuman manis seperti es kepal milo yang sempat viral, dokter Em Yunir mengatakan bahwa kalorinya mencapai lebih dari 1000. Ditambah, kebiasaan mengonsumsi minuman manis sembari duduk lama tanpa melakukan banyak aktivitas yang akan menumpukkan lemak.
"Hanya duduk-duduk sambil minum kopi. Ini yang bisa memicu obesitas," imbuhnya.
Maka dari itu, pakem-pakem yang harus dipahami dalam mencegah obesitas sebenarnya sederhana seperti mengurangi junk food, makanan tinggi kalori, dan sedentary lifestyle. Dianjurkan melakukan banyak olahraga, tidak duduk lama lebih dari 2 jam, serta pilih makanan tinggi serat dan minuman minim kalori.
"Pengobatan kegemukan itu nggak harus pakai obat. Masyarakat itu selalu pikir kalau mau obatin sesuatu harus ada obat. Terbalik, harusnya sadari dulu kalau obat sebenarnya olahraga dan pola makan. Kalau lewat level obes tertentu, selain lifestyle diubah, perlu medis, misal perlu minum obat, suntik, atau ususnya dipotong," tandasnya.