Mitos Soal Makan Ini Bikin Orang Indonesia Cepat Gemuk, Kok Bisa?

Ilustrasi gemuk.
Sumber :
  • U-Report

JAKARTA – Pasien obesitas di Indonesia kian bermunculan selepas pria berbobot 300 kilogram viral hingga akhirnya meninggal dunia usai mengalami sejumlah komplikasi penyakit. Usut punya usut, dokter mengklaim bahwa pada dasarnya obesitas sendiri didasari dari mitos mengenai pola makan yang tidak tepat.

Mengenal Diet Autofagi yang Disarankan Dokter! Turunkan BB, Cegah Kanker Hingga Jaga Kesehatan Jantung

"Kenapa kita bisa alami obesitas? Karena konsumsi karbohidrat tinggi. (Mitosnya) Belum makan nasi itu berasa belum makan. Jadinya, sudah makan dengan jumlah kalori tinggi tapi belum ketemu nasi (katanya) belum makan. Jumlah karbohidrat itu jadi berlebihan," ujar dokter spesialis penyakit dalam, Dr. dr. Em Yunir, Sp.PD-KEMD, dalam webinar bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Senin, 10 Juli 2023.

Berat badan ekstrem sendiri sering kali dipengaruhi oleh pola makan dengan tingginya sumber karbohidrat yang tak seimbang dengan sumber serat. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Benarkah Kolesterol Tinggi dan Asam Urat Sebabkan Kanker Pankreas?

lingkar pinggang, obesitas, kegemukan

Photo :
  • Pixabay/ Bru-No

Lambat laun, tubuh pun bereaksi dengan terjadi gangguan fungsi pada hormon rasa kenyang dan lapar.

Benarkah Ikan Bisa Atasi Depresi Ibu Hamil? Begini Kata Ahli Gizi

"Ada titik ketika alami kegemukan, akan mempunyai dampak pada rasa kenyang. Jadi menurun (rasa kenyang). Jadi, dia berusaha cari makan lagi untuk tutupi atau kurangi rasa lapar," imbuhnya.

Sama halnya dengan ibu hamil dan menyusui yang mengalami kelebihan berat badan akibat mitos bahwa pola makan yang dianut semasa itu sebaiknya dua porsi.

Padahal, sudah ada takaran tepat untuk ibu hamil dan menyusui agar janin dan bayi tak kekurangan nutrisi meski tanpa menambah asupan berlebih.

Wanita gemuk.

Photo :
  • Boldsky.com

"Mungkin mau beri makanan ke bayi tapi jadi berlebihan. Ditambah yang hamil aktivitas fisik terbatas. Sudah ada panduan makan agar kebutuhan nutrisi baik. Setelah melahirkan, aktivitas fisik tidak setinggi saat sebelum hamil jadi obesitas. Kalau tidak terkendala lagi, disarankan senam atau lakukan aktivitas fisik lebih berat seperti naik sepeda, jogging," tuturnya.

Pada kasus obesitas pun, dampaknya tidak hanya pada fungsi kesehatan tubuh secara fisik tapi juga pada mental. Sebab, banyak pasien yang mengalami kewalahan dengan berat badannya sehingga memilih mengurung diri dan mengalami depresi.

"Pasti (kesehatan mental terganggu). Ketika sudah merasa kewalahan dengan berat badan biasanya mengurung diri. Selain sudah susah gerak, bisa juga karena malu. Orang-orang itu akan alami gangguan psikis seperti ansietas, depresi. Hal ini menambah berat gemuknya karena orang dalam keadaan stres itu sering pelariannya makan," jelasnya.

Ilustrasi obesitas/kegemukan.

Photo :
  • Pexels/Andres Ayrton

Maka dari itu, dianjurkan sejak awal selalu mengonsumsi makanan dengan selektif memilih sumber nutrisi yang sesuai kebutuhan tanpa berlebihan.

Selektif pula dalam memilih jajanan agar minimalkan risiko obesitas. Apabila sudah terlanjur mengalami berat badan berlebih, maka segera lakukan konsultasi dan cek medis tubuh secara menyeluruh.

"Terkait risiko obesitas karena menyebabkan gangguan metabolik. Yang standard adalah cek gula tinggi atau hiperglikemi, kolesterol, hipertensi, cek untuk berapa persen kegemukannya, ada alat untuk ukur kandungan persentase tinggi lemaknya di bagian mana. Pada kasus berat, bisa periksa hormon, lakukan pemeriksaan pembekuan darah, kekentalan darah juga akan jadi salah satunya," tandasnya.

Ilustrasi obesitas/kegemukan.

Gemuk Lemak atau Gemuk Air? Kenali Perbedaannya dan Cara Mengatasinya

Dua tipe utama yang sering ditemui adalah gemuk lemak dan gemuk air. Memahami perbedaan keduanya sangat penting untuk menentukan langkah yang efektif dalam mengatasinya.

img_title
VIVA.co.id
21 November 2024