Kronologi Antraks Menyebar di Yogyakarta, Kemenkes: Sapi Sakit Disembelih

Ilustrasi sapi.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

Yogyakarta – Penyakit antraks tengah menjadi sorotan lantaran memicu tiga warga meninggal dunia dan puluhan lainnya terinfeksi di Gunungkidul, DIY. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkapkan bahwa antraks mulai meluas hingga mewabah lantaran hewan ternak yang mati disembelih.

Angka Pneumonia Anak Masih Tinggi, Inilah Jadwal Imunisasi Terbaru dari IDAI untuk Vaksin PCV

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi menjelaskan bahwa kasus antraks yang terjadi di DIY sudah seharusnya diberi status Kejadian Luar Biasa (KLB) lantaran sudah ada laporan kematian. KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.

Ilustrasi sapi

Photo :
  • The Human League
Pemerintah Siapkan 1,5 Juta Ha Lahan Penuhi Kebutuhan Susu RI, Wamentan: Ada Komitmen Investasi 2 Juta Sapi

"Tetapi kembali lagi ini kewenangan dari daerah untuk bisa menyatakan KLB atau bukan," ungkap Direktur Imran Pambudi, dalam konferensi pers virtual Kemenkes, Kamis 6 Juli 2023.

Direktur Imran lantas menjelaskan kronologi penyebaran antraks bahwa pada 18 Mei 2023, hewan sapi yang sudah mati, tetap disembelih beberapa waktu lalu. Daging sapi tersebut lantas dibagikan tanpa curiga akan adanya penyakit yang mengintai hewan ternak itu.

Mentan Amran Tahan Izin Impor 5 Perusahaan Akibat Tolak Serap Produk Susu Peternak

"Kasus kematian sapi pada 18 Mei, kemudian disembelih. Jadi sapinya ini sakit kemudian disembelih, dan dibagikan keluarga untuk dikonsumsi. Jadi ini yang menjadi salah satu penyebab penyebarannya," 

Selanjutnya, Kemenkes mencatat bahwa hewan yang mati kembali disembelih oleh warga. Kali ini, seekor kambing yang mati tetap disembelih dan dagingnya pun dibagikan ke warga untuk dinikmati. Tak lama, hewan ternak lainnya berupa sapi (milik SW), turut mati namun tetap disembelih dan dibagikan dagingnya. 

"Yang meninggal ini (Bapak WP) membantu menyembelih sapi Bapak SW tadi," tambahnya.

Selang beberapa lama, pria yang memiliki sapi yang disembelih tersebut mengalami sejumlah keluhan hingga harus dirawat di rumah sakit. Saat diperiksa melalui tes genom sekuensing ternyata hasil dari pasien adalah positif antraks. Hasil itu sama dengan tes genom sekuensing pada sampel tanah tempat penyembelihan sapi yang mati.

ilustrasi penyakit/bakteri/virus.

Photo :
  • Freepik

"Kemudian tanggal 1 Juni Bapak WP masuk rumah sakit dengan keluhan gatal-gatal, bengkak, dan luka. Kemudian waktu diperiksa, ada sampelnya yaitu positif spora antraks dari sampel tanah tempat penyembelihan sapi tadi," ujar Imran.

Saat masih dirawat di rumah sakit, pasien diberi status suspek antraks sembari dalam pantauan dokter. Kendati demikian, pada 4 Juni 2023 lalu, pasien mengalami gejala berat hingga akhirnya meninggal dunia.

"Kemudian tanggal 3 Juni ini yang sakit tadi dirujuk ke Sardjito pengambilan sampel darah dan didiagnosis bahwa dia itu suspek antraks. Kemudian tanggal 4 Juni, Bapak WP itu meninggal," imbuh Imran.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya