Bukan hanya Gigitan, Rabies Bisa Ditularkan Melalui Liur
- VIVAnews/Tri Saputro
JAKARTA – Kasus rabies belakangan ini kembali menjadi sorotan. Berdasarkan data catatan Kementerian Kesehatan hingga April 2023 sudah ada 31.113 kasus gigitan hewan penular rabies. 22.211 kasus gigitan yang sudah mendapatkan vaksin anti rabies dan 11 kasus kematian di Indonesia.
Beberapa waktu lalu, Dinas Kesehatan Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur melaporkan seorang anak berusia 7 tahun meninggal dunia usai dirawat intensif di RSUD So'e. Scroll lebih lanjut.
Anak berusia 7 tahun itu meningggal dunia setelah digigit anjing rabies saat sedang berlibur di rumah kakek dan neneknya di Desa Oelet Kecamatan Amanuban Timur. Menurut laporan, anjing rabies itu menggigit paha sebelah kiri bagian luar korban dan menyebabkan luka yang cukup dalam
Lantas bagaimana kasus penularan rabies bisa terjadi? Spesialis Penyakit Dalam, dr. Robert Sinto, Sp.PD-KPTI menjelaskan bahwa kasus penularan rabies bisa terjadi bukan hanya akibat gigitan hewan yang tertular rabies saja.
"Bukan hanya gigitan saja tapi cakaran, jilatan pada tubuh yang ada luka itu bisa menjadi penularan rabies. mukosa lendir, bisa jadi potensi sarana penularan virus rabies," kata dia dalam program Hidup Sehat TvOne, Senin 3 Juli 2023.
Lebih lanjut, Robert juga menjelaskan bahwa virus rabies tidak hanya sebatas pada anjing dan kucing saja. Melainkan juga pada kera dan kelelawar.
"Tapi 95 persen sampai 99 persen gigitan anjing," ujarnya.
Sementara itu, gejala seseorang yang terkena rabies setelah mendapatkan gigitan dari binatang itu seperti infeksi virus seperti demam.
"Muncul gejalanya demam kalau makin berat muncul gejala hilang kesadaran sensitif pada cahaya, gejalanya mirip seperti laporan anjing yang terkena rabies," jelas Robert.
Namun uniknya, kata Robert gejala akan muncul cukup lama bahkan bisa mencapai dua tahun.
"Uniknya masa penularan hingga muncul gejala itu lama sekali, bahkan dari beberapa laporan ada yang sampai dua tahun ini susah. Jadi laporan rata-rata dua minggu sampai dua tahun paling lama tapi rata-rata 3 minggu sampai satu bulan," ujarnya.
Sementara itu, untuk mengetahui apakah seseorang yang terkena gigitan atau cakaran hewan terpapar virus rabies bisa dilakukan pemeriksaan PCR.
"Metodenya pakai PCR sebetulnya covid diagnosis dini. Kalau rabies bukan diagnosis dini karena sudah terdiagnosis sudah fatal. Bahkan dalam laporan yang sudah terdiagnosis 100 persen meninggal. Sehingga lebih penting mencegah orang tergigit itu tereksposure dengan barang-barang tadi tidak sampai terinfeksi rabies,"ujarnya.