Benarkah Gula Rendah Kalori Bisa Cegah Diabetes Hingga Turunkan Berat badan?
- Pixabay
JAKARTA – Kasus diabetes di Indonesia cukup mengkhawatirkan. Berdasarkan data Federasi Diabetes Internasional setidaknya 13 persen dari penduduk Indonesia didiagnosis diabetes dengan potensi peningkatan yang signifikan setiap tahunnya.
Salah satu penyebab dari penyakit diabetes adalah konsumsi gula dalam jumlah tinggi. Sebuah penelitian mengungkap, konsumsi gula dalam jumlah tinggi bisa meningkatkan risiko diabetes tipe 2 hingga 25 persen, baik secara langsung maupun tidak. Scroll untuk informasi selengkapnya.
Melihat hal itu selama beberapa tahun belakangan, industri food and beverage melakukan sejumlah inovasi dengan menciptakan pemanis rendah gula atau kalori.
“Tren low sugar belakangan meningkat. Sangat berbeda dengan 10 tahun lalu misalnya teh rendah gula dengan teh rendah gula saat ini berbeda,” kata CEO Tate & Lyle, Nick Hampton dalam press conference di kantor Tate & Lyle, di kawasan Tomang Jakarta Barat, baru-baru ini.
“Saat ini, teh dengan gula rendah rasanya bisa lebih alami bisa lebih dinikmati, itu berkat penelitian yang sudah dilakukan perusahaan sehingga mendapatkan rasa yang diinginkan sekaligus manfaat yang diinginkan. Dan itu dengan teknologi yang sangat membantu sehingga bisa merasakannya lebih nikmat,” sambungnya.
Sementara itu, Global Head of Nutrition, Regulatory, and Scientific Affairs at Tate & Lyle, Kavita Karnik, M.Med. Sci., PhD, menyatakan bahwa terdapat sejumlah bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa pemanis rendah atau tanpa kalori dapat membantu orang mengurangi asupan kalori dan gula untuk berat badannya sebagai bagian dari pola makan seimbang dan gaya hidup sehat.
“Selain mengurangi gula dengan sangat efektif, kami juga menginovasi dengan mengembangkan serat pangan yang dapat memberikan manfaat lebih luas. Mulai dari kesehatan otak hingga kesehatan metabolisme serta mengurangi risiko yang lebih rendah terkena penyakit tidak menular, seperti diabetes tipe dua,” jelas dia.
Jika dijabarkan lebih lanjut berdasarkan penelitian yang dilakukan, serat pangan diklaim dapat mengurangi 0,5 persen risiko peningkatan diabetes tipe 2 dalam 10 tahun ke depan dengan 72 persen populasi dewasa mencapai pengurangan risiko tersebut.
Selain itu, serat pangan juga dapat membantu menjaga kadar gula darah dalam tubuh, hingga mencegah risiko penyakit jantung. Serat pangan diketahui dapat mengurangi rata-rata berat badan hingga 0,03 kg (dari 70,36 menjadi 70,33 kg) dengan 6 persen penurunan populasi orang dewasa.
“Kekurangan serat bisa picu berbagai penyakit jantung diabetest, padahal kalau kita bisa konsumsi serat sesuai anjuran, tidak hanya bisa membantu menjaga pencernaan tapi juga bisa membantu pengendalian berat badan dan lainnya. Ini semua berdasarkan riset global,” jelas Kavita.