Pria Obesitas 300 kg Meninggal, Waspada Anak Gemuk Rentan Diintai Penyakit

Ilustrasi anak gemuk/obesitas.
Sumber :
  • iStockphoto.

JAKARTA – Sebagian masyarakat menganggap obesitas bukan penyakit dan kerap disepelekan sehingga justru berdampak berbahaya pada generasi muda. Hal ini terlihat pada kasus pria obesitas berbobot 300 kilogram bernama Fajri yang kini meninggal dunia.

Israel Tahan 270 Anak Palestina dengan Kondisi Memprihatinkan, Menurut Komisi Urusan Tahanan

Sempat kritis dan dirawat oleh tim dokter multidisiplin, Fajri akhirnya menghembuskan napas terakhir lantaran berbagai komplikasi. Maka dari itu, bahaya obesitas sebaiknya dipahami sejak dini. Termasuk, ketika melihat anak-anak yang gemuk terlihat lucu dan menggemaskan namun rupanya bahaya obesitas mengintai. Scroll untuk info selengkapnya.

Kerap dianggap lucu, anak yang obesitas sebenarnya adalah penyakit dan dapat memicu komplikasi. Obesitas yang memicu diabetes akan melipatgandakan kemungkinan menderita serangan jantung dan secara dramatis meningkatkan kemungkinan amputasi kaki hingga dua puluh kali lipat. 

UNRWA: Gaza Telah Menjadi Kuburan bagi Anak-anak Palestina

Komplikasi tambahan mungkin termasuk stroke, gagal ginjal, kebutaan, kerusakan saraf, dan komplikasi selama kehamilan. Maka dari itu, asupan makan yang baik harus dikenalkan sejak dini pada anak.

Gemuk Lemak atau Gemuk Air? Kenali Perbedaannya dan Cara Mengatasinya

Dokter spesialis anak dr. Winra Pratita, M.Ked(Ped), SpA(K) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan, obesitas pada anak dapat dicegah dengan memberi makanan yang sehat mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, dan karbohidrat yang seimbang. Jangan yang berlebihan dan harus sesuai porsinya.

“Selanjutnya mengurangi konsumsi gula, dan lebih mengutamakan minum air putih dibandingkan minum minuman-minuman kemasan yang mengandung gula yang tinggi. Di samping itu, diiringi dengan aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, untuk anak bisa dengan cara mengajak bermain,” ucap dr. Winra, dalam keterangan pers Kementerian Kesehatan, dikutip Jumat 23 Juni 2023.

Obesitas dapat terjadi pada semua umur. Obesitas pada anak didiagnostik dengan antropometri melalui penimbangan berat badan, pengukuran panjang atau tinggi badan, lalu menghitung indeks massa tubuh dengan rumus BB/TB dalam meter.

Selain itu, pastikan anak cukup tidur. Untuk anak usia 4-12 bulan setidaknya tidur 12-16 jam, untuk anak usia 1-2 tahun tidur 11-14 jam, untuk anak usia 3-5 tahun tidur 10-13 jam, untuk anak 6-12 tahun tidur 9-12 jam, dan anak remaja usia 13-18 tahun itu tidur 8-10 jam.

“Kalau sudah obesitas yang harus dilakukan adalah perlu pemantauan supaya tidak terjadi komplikasi,” tutur dr. Winra.

Ilustrasi anak gemuk

Photo :
  • pixabay/Adinavoicu

Pemerintah pun telah mengatur kandungan gula, garam, dan lemak (GGL) pada produk makanan olahan maupun makanan siap saji. Hal ini salah satu cara bagaimana pemerintah mengatasi obesitas dan menghindari komplikasi. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dr. Eva Susanti, S.Kp, M.Kes mengungkapkan permasalahan obesitas ini harus melibatkan lintas sektor.

“Sudah ada Perpres tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat di mana kita perlu mengupayakan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat sehat dan berdaya guna,” ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya