Balita di Buleleng Meninggal Usai Digigit Anjing Gila, Begini Pertolongan Pertama Rabies

Ilustrasi anjing rabies
Sumber :
  • Pixabay

JAKARTA – Seorang anak perempuan berusia bawah lima tahun (balita) meninggal dunia akibat rabies usai digigit hewan yang mengidap virusnya. Hal itu diketahui melalui video yang viral di media sosial di mana balita itu nampak meronta kejang saat dibawa ke rumah sakit hingga akhirnya meninggal dunia.

5 Orang Luka Berat Tertimpa Bangunan Akibat Gempa M 5,0 di Kabupaten Bandung

Dalam unggahan akun TikTok @kadeksusiani2481, balita perempuan yang ditemani orang tuanya itu mengalami gejala kejang dan sulit minum air usai mendapat gigitan anjing. Ketika diberi minuman, ia terlihat seperti ketakutan dan kembali kejang-kejang. Balita tersebut hanya bisa menangis dan meronta sambil diawasi oleh orang tuanya.

Balita perempuan meninggal usai digigit anjing rabies

Photo :
  • Tangkapan layar
Kepeleset Saat Buru-buru Naik KRL, Jirayut Tunjukkan Luka di Bagian Kaki

Diketahui bahwa balita perempuan tersebut berasal dari Desa Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali. Dari informasi yang dihimpun, balita tersebut meninggal dunia pada Minggu, 11 Juni 2023. Kabar meninggalnya balita tersebut juga tersiar dalam sebaran video di TikTok. Seperti pada unggahan akun TikTok @royutami5 yang mengucapkan belasungkawa. 

“Kami dari team Werkudara ikut berduka sedalam-dalamnya atas berpulangnya adik Riska Arianti umur 5 tahun, karena rabies,” tulis akun tersebut, dikutip VIVA.

Terkuak! Fakta Baru Mahasiswa yang Baru Lulus Tewas di Kontrakan Beji Depok

Kementerian Kesehatan RI menjelaskan bahwa 95 persen kasus rabies disebabkan oleh gigitan anjing atau kerap disebut sebagai anjing gila yang berbahaya sehingga butuh penanganan tepat. Meski, hewan lainnya pun dapat menginfeksi virus rabies jika menggigit manusia.

"Sembilan puluh lima persen kasus rabies pada manusia didapatkan lewat gigitan anjing yang terinfeksi. Ada juga beragam hewan liar yang bertindak sebagai reservoir virus di berbagai benua seperti rubah, rakun, dan kelelawar, tapi 95 persen karena gigitan anjing," tutur Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dr. Imran Pambudi, MPHM pada konferensi pers secara virtual, baru-baru ini.

Pertolongan Pertama Digigit Hewan Penular Rabies

Sebagai langkah pertolongan pertama, jika seseorang digigit hewan penular rabies seperti anjing, maka harus secepatnya cuci luka gigitan dengan sabun atau detergen pada air mengalir selama 15 menit. Kemudian, beri antiseptik dan sejenisnya berupa cairan yang dioleskan di luka yang telah digigit tersebut.

Petugas memberikan vaksinasi rabies kepada anjing peliharaan warga.

Photo :
  • VIVA/Destriadi Yunas Jumasani (Pontianak)

Langkah selanjutnya adalah bawa ke Puskesmas atau rumah sakit untuk dilakukan kembali pencucian luka dan mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR) sesuai dengan indikasinya.

Dikatakan dr. Imran, sebagian besar kematian-kematian akibat rabies itu disebabkan karena terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan (Faskes). Mereka merasa hanya gigitan kecil dan tidak berdarah, sehingga mereka datang ke Faskes sudah pada kondisi parah, seringnya itu di atas satu bulan setelah digigit.

“Artinya kalau sudah satu bulan otomatis kita tidak tahu lagi hewannya seperti apa, dan rata-rata mereka baru panik pergi ke Faskes setelah tahu anjing yang menggigitnya itu mati. Jadi yang harus dilakukan jika digigit anjing yang pertama adalah harus segera mungkin pergi ke Faskes untuk dilakukan uji luka,” tutur dr. Imran.

Vaksin Rabies

Untuk kita bisa eliminasi rabies pada manusia itu intervensi utamanya adalah memberi vaksinasi pada anjingnya. Pasalnya, jika hewan pembawa rabies ini masih berkeliaran dan tidak terlindungi oleh vaksin maka masih bisa menularkan rabies ke manusia.

Tahun 2023 Kemenkes sudah mengadakan vaksin untuk manusia sebanyak 241.700 vial dan serumnya sebanyak 1.650 vial. Saat ini vaksin dan serum tersebut sudah didistribusikan ke provinsi hampir 227.000 vial vaksin dan lebih dari 1.550 vial serum. Sebetulnya vaksin yang diadakan itu merupakan buffer bukan utama.

Pemberian vaksin anti rabies kepada hewan di Kabupaten Sintang.

Photo :
  • Istimewa

“Di daerah-daerah juga mereka mengadakan vaksin rabies sendiri seperti Bali. Mereka punya dana untuk membeli vaksin anti rabies tidak hanya mengandalkan dari pusat, bahkan di beberapa kabupaten di Bali juga punya anggaran untuk vaksin anti rabies, baik untuk hewan maupun untuk manusia,” ucap dr. Imran.

Kalau ketersediaan vaksin anti rabies di lapangan, lanjutnya, itu sangat bervariasi. tapi yang jelas pemerintah sudah mempunyai stok melakukan pengadaan dan juga mendistribusikannya ke provinsi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya