Sering Disepelekan, Kesemutan dan Kebas Tanda Bahaya Saraf 'Rusak' Mengintai
- Pexels/EVG photos
JAKARTA – Setiap orang berhak untuk hidup bebas tanpa gejala yang membuat penurunan kenyamanan terjadi, termasuk kebas dan kesemutan. Kerap dianggap sepele, ternyata dua gejala ini tak sekedar membuat aktivitas terhambat namun juga tanda bahwa ada gangguan pada saraf dengan risiko bahaya yang mengintai.
Data yang dihimpun oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) mencatat bahwa 8 dari 10 orang menderita Neuropati Perifer (NP) tanpa terdiagnosis lebih awal. Ini merupakan penyakit kronis kerusakan saraf tepi dengan gejala seperti kebas dan kesemutan di tangan serta kaki yang jika terlambat tertangani dapat menjadi masalah permanen.
"Pentingnya kampanye edukasi masyarakat dan deteksi dini adalah cara yang paling efektif dan efisien untuk mengendalikan faktor risiko," ungkap Project Manager Officer Kesehatan Masyarakat, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI, Syahrul Effendi P. SKM.M.KKK, dalam keterangan pers P&G Health.
Syahrul Effendi menambahkan bahwa saat ini Indonesia telah memasuki puncak bonus demografi. Berdasarkan data dari Dukcapil pada tahun 2022, Indonesia didominasi oleh masyarakat produktif yang berusia 15-64 tahun sebanyak 190,83 juta jiwa atau 69,3 persen.
"Namun, tingginya usia produktif disertai gaya hidup dan aktivitas dengan gerakan berulang serta paparan bahan kimia akibat polutan ditempat kerja maupun di tempat umum dapat meningkatkan potensi neuropati yang apabila tidak ditangani sejak dini, akan menimbulkan masalah serius dan mengganggu produktivitas penderitanya," tegasnya.
Senada, Vice Secretary General Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), dr.Winnugroho Wiratman.Sp.N(K),Ph.D, menjelaskan bahwa setiap orang memiliki potensi risiko gejala neuropati. Gangguan ini dapat terjadi karena penyakit tertentu, kondisi fisik, usia lanjut, dan kurangnya asupan nutrisi seperti Vitamin B1, B6, B12.
"Rasa kebas, kesemutan, rasa seperti tertusuk, dan sensasi panas atau terbakar di tangan dan kaki merupakan gejala umum dari neuropati yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang," terangnya.
Kerusakan saraf dapat bersifat irreversible jika lebih dari 50 persen serabut saraf telah rusak. Untuk itu, deteksi dan penanganan sedini mungkin sangat penting dilakukan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi vitamin B neurotropik yang telah terbukti efektif memperbaiki pertumbuhan jaringan sel saraf.
"Oleh karenanya menjaga pola hidup sehat dan konsumsi kombinasi vitamin B neurotropik dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi kesehatan saraf," imbuhnya.
Maka, dilakukan kampanye yang dilakukan dalam rangka memperingati Neuropathy Awareness Week 2023 yakni Hidup Bebas Tanpa Kebas dan Kesemutan” oleh P&G Health Indonesia melalui brand Neurobion. Kampanye ini juga mengajak masyarakat untuk melakukan deteksi dini neuropati dengan Neurometer, aplikasi penilaian risiko neuropati pertama di Indonesia, sekaligus pemecahan Rekor MURI Deteksi Risiko Neuropati Terbanyak. Kegiatan ini didukung oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI).
"Hingga saat ini, telah lebih dari 9.000 orang melakukan deteksi risiko neuropati yang mengantarkan pencapaian REKOR MURI Deteksi Risiko Neuropati Terbanyak," terang Brand Director Personal Healthcare P&G Health Indonesia, Anie Rachmayani.
Anie juga mengatakan bahwa kampanye ini terdiri dari berbagai kegiatan. Ini seperti seminar, pelaksanaan Neuropathy Check Point di 5 titik di Jakarta & sekitarnya, edukasi awam melalui media sosial, dan mengajak masyarakat melakukan deteksi dini risiko neuropati dengan Neurometer, aplikasi penilaian risiko neuropati pertama di Indonesia, yang dapat diakses melalui akun Instagram Neurobion, yakni @Neurobionid.
“Melalui rangkaian acara pada Neuropathy Awareness Week, kami berharap dapat meningkatkan kesadaran tentang bagaimana gejala neuropati perifer dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang serta mendorong mereka untuk melakukan deteksi dini dan pengobatan tepat dengan asupan vitamin B neurotropik yang telah terbukti efektif,” tutup Anie Rachmayani.