Seblak Rafael Ramai di Medsos, Benarkah Bisa Picu PCOS pada Perempuan?
- Yuda Bustara
JAKARTA – Seblak rafael saat ini tengah diminati dengan maraknya diunggah di media sosial. Seblak dengan sambal hijau disertai taburan minyak pedas nan nikmat ini pun jadi favorit berbagai kalangan termasuk kaum hawa. Namun, benarkah makanan ini memungkinkan terjadinya risiko masalah kesuburan pada perempuan seperti gangguan hormon polycystic ovary syndrome (PCOS)?
Sindrom ovarium polikistik ini adalah kondisi hormonal yang kompleks. 'Polycystic' secara harfiah diterjemahkan sebagai 'banyak kista'. Ini mengacu pada banyak folikel yang terbentuk sebagian di ovarium, yang masing-masing berisi sel telur. Ini jarang tumbuh hingga dewasa atau menghasilkan telur yang dapat dibuahi. Rupanya, asupan makanan yang buruk memengaruhi kondisi ini, termasuk sumber karbohidrat dari seblak. Scroll untuk informasi selengkapnya.
"Kadang begitu (makan) seblak, (artinya) makan banyak karbohidrat. Begitu banyak karbohirat, rusak deh (hormon)," ujar dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi & reproduksi, Dr. dr. Muharam Natadisastra, Sp. O. G, Subsp. F. E. R, dalam acara media RS Pondok Indah, di Jakarta.
Maka dari itu, dokter Muharam menyarankan agar membatasi konsumsi sumber karbohidrat agar tidak berlebihan, termasuk seblak. Selain sumber karbohidrat, minyak berlebih dari seblak juga tidak baik untuk fungsi kerja tubuh sehingga lagi-lagi berdampak pada hormonal perempuan.
"Masalahnya kan di lemak jenuhnya, ya kalau mau pakai minyak yang bagus. Kadang-kadang kan makannya juga kebanyakan ya, jadinya dibatasi saja," imbuhnya.
Dokter Muharam menyebutkan bahwa salah satu faktor pemicu PCOS juga ditengarai bobot tubuh berlebihan yang mungkin secara tidak langsung akibat konsumsi seblak berlebihan. Meski bobot tubuh yang tak gemuk turut berisiko PCOS, namun mereka yang berbobot gemuk cenderung lebih rentan.
Maka dari itu, memperbaiki pola hidup adalah yang paling utama dalam mencegah PCOS atau pun mengatasi penyakit tersebut. Dengan PCOS yang mampu ditangani, maka kesuburan akan perlahan membaik dan peluang kehamilan akan semakin besar, tanpa perlu memakai obat-obatan tertentu.
"Bisa olahraga, jemur (sinar matahari) untuk perbaiki metabolismenya agar keseimbangan hormon lebih baik. Lifestyle jadi lebih baik dan cara mengolah makanan juga diperhatikan," tambahnya.
Mengolah makananan yang ideal sebaiknya tidak tinggi lemak dan gula serta kalori. Maka dari itu, dianjurkan mengonsumsi makanan dengan porsi seimbang disertai cara mengolah yang minim sehingga lebih sehat.
"Seperti memilih jus (dibanding buah potong). Penyerapan kalori jus cukup tinggi dan itu bikin kondisi PCOS makin berat. Cara mengolah makanan ini ngaruh. Olahraga teratur agar endorfin naik. Salah konsumsi makanan juga pengaruhi. Makanya, jalani gaya hidup yang baik dulu biasanya (PCOS) baik sendiri dan bisa hamil. Setelah 3 bulan belum baik, maka terapi obat akan diberikan," pungkasnya.
PCOS relatif umum, terutama pada wanita yang terdeteksi memiliki masalah kesuburan. PCOS Ini memengaruhi 8 hingga 13 persen wanita usia reproduksi, antara remaja akhir dan menopause. Hampir 70 persen dari kasus ini tetap tidak terdiagnosis.
Hingga sepertiga wanita mungkin memiliki ovarium polikistik yang terlihat pada USG, tetapi tidak semuanya memiliki PCOS. Untuk dapat didiagnosis dengan PCOS, wanita cenderung memiliki dua dari tiga hal berikut:
- Periode tidak teratur atau tidak ada mens sama sekali
- Jerawat, pertumbuhan rambut wajah atau tubuh berlebih, rambut rontok di kulit kepala, atau kadar androgen (testosteron dan hormon sejenis) yang tinggi dalam darah.
- Ovarium polikistik (banyak kista kecil di ovarium) terlihat pada USG.