Picu Perceraian, Dokter Sebut Pelaku KDRT Mungkin Punya Masalah Mental

Ilustrasi kekerasan.
Sumber :
  • Pixabay

JAKARTA – Maraknya perceraian dalam sebuah pernikahan, bahkan baru-baru ini dialami seorang artis Tanah Air, kerap dipicu oleh kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Meski KDRT seringkali menimbulkan masalah mental bagi korban, tak jarang pada awalnya pelaku sebenarnya memiliki gangguan pada kesehatan jiwanya yang mencetuskan tindakan tersebut.

Dijelaskan pakar kesehatan jiwa, dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ, disebut sebagai KDRT apabila ada tindak kekerasan secara psikis dan fisik yang membuat orang lain tertekan. Mirisnya, pelaku kekerasan fisik ini dilakukan oleh orang terdekat yang seharusnya menyayangi kita, namun justru bertindak dengan menimbulkan trauma. Di balik itu, Zulvia mengingatkan bahwa masalah mental pun dapat melanda pelaku KDRT pada awalnya.

Ilustrasi

Photo :
  • 497542

"Tidak hanya korban yang mengalami gangguan pada kesehatan mental, tapi pelaku KDRT mungkin memiliki masalah mental. Biasanya ada masalah pengelolaan emosi, rasa marah," ujar Zulvia dalam acara Hidup Sehat tvOne, Jumat 9 Juni 2023.

Zulvia menerangkan bahwa seseorang yang tidak bisa kendalikan amarah dapat meluapkannya ketika beda pendapat dan tidak jarang bisa meluapkan kata-kata menyakitkan atau tindakan kekerasan atau kekerasan lainnya. Nantinya, perilaku ini dapat berkembang terus menerus hingga menjadi lingkaran setan yang sulit terputus.

"Banyak kasus perceraian di Indonesia salah satu faktor adalah KDRT. KDRT paling banyak terjadi karena adanya emosional tidak terkontrol. Meluapkan emosi boleh saja, tapi kalau meledak-ledak, itu jadi tanda mental tak stabil. Umumnya perilaku kekerasan bisa berulang dan timbulkan trauma," imbuhnya.

Maka dari itu, dokter Zulvia menjelaskan bahwa perlu melihat apa faktor pencetus dari KDRT itu sendiri. Apabila pasangan memang memiliki masalah pengelolaan emosi, perlu ditelaah faktor apa yang memicunya menjadi lebih emosional dan diskusikan sembari ajak untuk konseling ke tenaga kesehatan.

Jalani Sidang Perdana, Armor Toreador: Saya Ikhlas Jalani Ini

"Kenali apa saja yang bisa cetuskan marah pasangan misal ketika pulang kerja, ketika bahas isu tertentu, berusaha identifikasi dan hindari situasi tersebut. Untuk jaga kondisi tetap aman dan terhindar dari perilaku kekerasan pasangan tersebut. Bicara dan komunikasi dalam suasana netral," imbuhnya.

Akan tetapi, tindakan kekerasan yang masih terjadi berulang kali meski telah dilakukan tindakan preventif dan konseling dengan tenaga medis, maka perlu dipikirkan untuk mengambil langkah tegas. Korban KDRT sebaiknya segera 'pergi' dari kondisi tersebut sembari mencoba mengumpulkan bukti tindak kekerasan. Setelahnya, laporkan ke kepolisian agar segera dilakukan penindakan pada pelaku.

Jalani Sidang Perdana, Armor Toreador Minta Maaf ke Cut Intan Nabila

"Apabila merasa sudah berusaha intervensi berbagai faktor dan meminta bantuan agar rumah tangga berjalan, sudah konsultasi, mediasi, bahkan sudah sesi konseling pasangan, namun tetap terjadi KDRT, maka perlu susun strategi apabila ingin berhenti dari tindak KDRT. Kumpulkan cukup bukti dan saksi lalu segera lapor polisi," tegasnya.

Ilustrasi KDRT

Pakar Kejiwaan Buka-bukaan: Kekerasan Finansial Ancam Kebahagiaan Rumah Tangga!

Bukan lagi KDRT secara fisik dan verbal saja, belakangan ini KDRT secara finansial juga mulai ramai di kalangan Masyarakat. Seperti apa bentuknya dan apa bahayanya?

img_title
VIVA.co.id
6 November 2024