Bukan COVID-19, Penyakit Menular Ini Paling Mematikan di Dunia

Hasil pemeriksaan rontgen paru-paru terdapat tuberkulosis
Sumber :
  • YouTube: Kata Dokter

INGGRIS – Tuberkulosis (TBC) tampaknya menyalip COVID-19 sebagai penyakit menular paling mematikan di dunia. Para ahli telah memperingatkan bahwa mungkin akan ada lebih banyak kasus kondisi bakteri purba seperti TBC ini dan kematian terkait penyakit tersebut daripada faktor SARS-CoV-2.

Ini Cara Mengatasi Tantangan Imunisasi di Daerah dengan Akses Terbatas

Pada tahun 2021, diperkirakan 10,5 juta orang jatuh sakit karena TBC di seluruh dunia, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Penyakit itu bahkan merenggut 1,6 juta nyawa. Pada tahun yang sama, 204 juta orang dinyatakan positif COVID-19, 3,5 juta di antaranya meninggal. Sementara kasus meningkat menjadi 445 juta pada tahun 2022, jumlah kematian turun menjadi 1,2 juta. Scroll lebih lanjut ya.

Di pertengahan tahun 2023, terdapat 34 juta kasus dan hanya 222.000 kematian akibat COVID-19. Karena angka TBC tetap stabil tinggi, ini menunjukkan bahwa penyakit itu akan melampaui virus sebagai yang paling mematikan secara global.

Mampu Tangani Berbagai Penyakit, Terapi Sel Punca Diyakini Jadi Masa Depan Layanan Kesehatan Indonesia

Berdasarkan angka tahunan, berarti 4.109 orang meninggal akibat TBC setiap hari, dibandingkan dengan 1.216 akibat virus corona. Para ahli khawatir tren ini akan berlanjut, dan melanda daerah yang biasanya tidak terkena TBC.

Bisakah Terapi Stem Cell Sembuhkan Pengapuran Tulang?

Sebelum pandemi, tingkat TB telah menurun selama hampir dua dekade. Namun data menunjukkan tren penurunan tersebut tertembus untuk pertama kalinya. Sekitar 27.300 jiwa meninggal akibat TBC pada tahun 2021, dibandingkan dengan 27.000 pada tahun 2020.

"Tidak dapat dihindarkan TB akan menjadi penyakit menular yang paling mematikan di dunia lagi. Proporsi TB yang kebal secara bertahap meningkat di mana-mana," ujar Francis Crick Institute di London, Prof Wilkinson, dikutip laman The Sun.

dokpedia

Photo :
  • 617085

Berbicara kepada Pharmacy ITK, CEO Results International (Australia) Negaya Chorley menambahkan bahwa kemajuan yang dibuat dalam mengurangi kasus TB dan kematian selama bertahun-tahun telah tergelincir oleh pandemi COVED-19. Sebab, infeksi TB tidak terdeteksi dan tidak terkelola.

"Sekarang, untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade, kematian akibat TBC terus meningkat. TB dapat segera merebut kembali gelar penyebab utama kematian di seluruh dunia dari agen infeksi tunggal. Namun, penyakit ini sepenuhnya dapat dicegah dan disembuhkan," kata dia.

“Momentum bersama global yang sama untuk mengatasi COVID-19 harus diterapkan untuk mengakhiri TB. Kita perlu menggunakan semua alat di kotak alat termasuk meningkatkan pencegahan, pengobatan, dan penyembuhan," sambungnya.

Vaksinasi

Ilustrasi

Photo :
  • 1442062

Program vaksinasi telah dibatalkan di beberapa negara selama 20 tahun terakhir. Suntikan BCG, yang diberikan selama masa kanak-kanak, adalah suntikan yang paling banyak digunakan secara global. Masalah lebih lanjut muncul karena kekebalan tidak bertahan lebih dari usia remaja, dan tidak ada penguat yang dikembangkan.

"TB dapat disembuhkan dan dicegah dan sekarang adalah waktu untuk mengembalikan upaya eliminasi kita ke jalur yang benar. Meskipun ada kemajuan signifikan menuju eliminasi dalam beberapa tahun terakhir, tuberkulosis tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di Inggris," papar CEO, dr Jenny Harries.

TBC telah ada selama ribuan tahun. Dari tahun 1600 hingga 1800. Ini adalah penyakit yang ditularkan melalui udara yang menyebar melalui kontak dekat dengan orang yang terinfeksi. Biasanya mempengaruhi paru-paru dan, jika tidak ditangani, bisa berakibat fatal. Gejala umum termasuk batuk terus-menerus, kelelahan, suhu tinggi dan penurunan berat badan. Perawatan sering termasuk antibiotik, tetapi TB mengembangkan resistensi yang lebih besar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya